About Me

Foto saya
Indonesia
Analytic person, Fantastic dreamer, Sensitive feeling, but actually I am kind, friendly and fun

Senin, 30 Agustus 2010

My Life

Saat ini saya merasakan sesak dengan perasaan ingin menumpahkan semua yang terfikirkan... Rasanya panas, menuntut, dan sedikit memberontak!

Terlalu banyak yang ingin saya curahkan. saya bingung ingin memulainya dari mana.

Begini, ini berawal dari keberangkatan saya sehari semalam di Bandung.
Bandung, kamu pasti merasakan keindahan di kota ini. Keramahan, kenyamanan, dan kesederhanaan.
Tapi tidak semua itu yang saya rasakan. Bandung adalah kota yang mengingatkan rasa sakit untuk saya. Kenangan yang sama sekali tidak ingin saya kenang, tapi ia terlalu dekat. Lagi-lagi saya mem'press' perasaan ini sekecil mungkin. Saya percaya ada kehidupan bersama orang yang saya sayangi untuk ada disana sesekali nantinya.
Saya kembali melihat memori yang tertinggal disana. Ya, 'sakit'. Kata itu cukup untuk menggambarkan keseluruhan hidup saya selama disana. Saya kembali melihat tempat-tempat diamana air mata saya berjatuhan di setiap sudutnya. Saya melihat dimana senyum saya juga pernah berkembang indah disana.
Saya kembali mengunjungi teman-teman hebat di tempat yang saya pernah tinggal. Mereka tetap sama.,, rendah hati, saling menolong, selalu ada, dengan suara lembutnya, wajah sumringahnya menyambut setiap orang yang pernah menjadi bagian hidup mereka.
Namun, keadaan kini tidak sepenuhnya sama tentunya. Ada cerita baru, semangat baru yang sedikit membuat saya iri dan terbuka. Saya ambil pelajaran hidup saya dari kalian yah.. Teman" PH ku..
Aish yang pernah amnesia sehari, Kadut yang suaranya lembut, Ririn si tukang buang angin, Ani yang medok Medan, Wiwin yang cantik, Belo yg lucu, Nadia yg gaul, Shinta yang suka teriak", dan sarah temen terdekat tempat saya menumpahkan segalanya.
Malam itu tetap sama, mengingatkan hari-hari yang pernah saya lewati. Setelah melepas rindu, tawa, canda, dengan kegiatan yang biasa kami lakukan saya bermalam di kamar sarah. Sarah, inilah kegiatannya. Sebagian besar waktunya adalah menerima telpon dari pacarnya, Rama. Terkadang sedikit membentak, sesekali marah, sisanya penuh perhatian dan kemesraan. Ada perasaan iri pada diri saya, kapan saya bisa seperti Sarah yang menumpahkan segalanya penuh pada Rama, apapun keadaannya. Hari-harinya terisi penuh dengan Rama.

Siapakah KAMU yang menjadi tempat segalanya itu,, hallooo kamu... Rahasia Ilahi terlalu indah jika tertebak sekarang.
Jagalah dia Ya Rabb.. jodoh yang Engkau takdirkan untukku... Beri dia naunganMu untuk menjaga hatinya, sikapnya, kesuciannya, sebagaimana aku ingin menjaga untuknya...

Saya ingin ilmu yang kalian miliki. Saya ingin berbagi seperti yang kalian lakukan. Saya ingin punya orang terkasih semusim seperti kalian, sesaat, putus kemudian menemukan yang baru untuk siap menjalaninya kembali.
Tapi apa yang saya pikirkan, apa yang saya temukan, dan apa yang saya jalani itu berbeda.
Kemudian saya khawatir untuk menerka-nerka bagaimana hidup saya sepuluh tahun kedepan.

Malam ini setelah tarawih di hari keduapuluh saya, dan saya menjadi satu-satunya
akhwat di musholla mawar residence itu,
saya pulang dengan terburu-buru untuk membuka laptop toshiba putih ini. Keinginan yang awalnya mau mengkhusyukkan diri dan beriftikad, terganggu dengan pandangan lima atau sepuluh tahun kedepan, dan pikiran macam-macam yang ingin saya torehkan ini.
Setelah teman-teman saya wisuda, menemukan tempat yang bisa melururskan cita-citanya. sedang saya??! Sungguh Engkau Maha Pemberi Rezeki, Maha Adil dari semua kausalitas Yaa Rabb. . .

Kemudian hal yang ingin saya tumpahkan selanjutnya adalah mengenai sosok wanita pendamping Kakak saya satu-satunya itu, yang saya temui di Bandung.
Entah kenapa saya merasa kehilangan.
Saya memang anak bungsu yang manja, terkadang sulit hidup sendiri tanpa merepotkan orang sekitar atau mengharapkan uluran tangan orang lain.
Saya tahu, saya tidak befungsi apa-apa untuk mu Kakak-ku... Entah perasaan apa yang engkau tahan untukku.. Apakah itu sedih, kecewa, malu. Saya tidak pernah tahu. Apakah saya ini beban untukmu?! Karena saya adalah ikatan darah yang tak terputus darimu sampai kiamat nanti...

Maaf...
Kau adalah penuh kebanggaan. Wujud dari yang tak bisa kuraih. Kau harapan penuh dari mama dan papa.
Kalau saja kita berada pada satu arena runtutan logis. Mungkin kita akan selalu seirama. Tapi kau berbeda. Kau berfikir fleksibel dengan apa yang ada di hadapanmu. Kami takut untuk mengganggu itu. Semoga kamu selalu dirahmati kebaikan dimanapun kamu berada.
Satu-satunya jalan adalah aku harus menggantikan kamu! Aku harus ada di sana untuk menjadi sandaran mereka. Aku harus jadi wanita tangguh yang mampu merangkap apapun itu!
Pilih jalanmu, maka aku akan menyingkir dengan sendirinya. Biarkan orang yang menjadi kepercayaanmu yang menjadikan hidupmu yang baik.
Biarkan aku tempat penampungan segala keluh kesah ini, menjelma menjadi apa yang aku harapkan.
Entah dengan apa. . .
Although one may fail to find happiness in theatrical life, one never wishes to give it up after having once tasted its fruits.

Anna Pavlova