About Me

Foto saya
Indonesia
Analytic person, Fantastic dreamer, Sensitive feeling, but actually I am kind, friendly and fun

Kamis, 31 Maret 2016

3 years in my Big Ship

Mungkin saya bukan manusia di atas rata-rata dengan Big major yang dibutuhkan setiap perusahaan sehingga bisa bernegosiasi dengan gaji besar di bidangnya.

Saya juga bukan manusia berketurunan hartawan untuk bisa menetap di kampung halaman, membeli dengan ratusan juta rupiah untuk harga sebuah status pengabdi negara.

Atau saya adalah manusia penuh keberuntungan yang bisa mengangkat derajat menjadi pegawai BUMN bergaji puluhan juta, membahagiakan kedua orang tua saya, mengantarkan mereka ke pintu mana yang mereka belum kunjungi karena pernah tersita oleh perurusan kebutuhan anak sekolah, anak hidup, anak makan, dan sebagainya. Atau memperbaiki kekurangan yang terasa berhak memang untuk diperbaiki.

Tapi inilah saya. Tidak pernah diri ini dititipkan baik ke saudara, teman, atau sanak family untuk sekedar mendapatkan pekerjaan. TIDAK! Informasi pun tidak pernah didapat bahkan dari teman seperjuangan sekalipun. TIDAK bahkan untuk sekedar informasi.
Diri ini berjejal penuh keringat membawa map berisi CV yang tidak seberapa ini dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu job fair ke job fair lain. Dari satu interview ke interview lain. Atau bahkan bermodalkan nama besar Universitas dalam background pendidikan saya pun mengendarai motor dari satu pintu ke pintu lain. HAH! seperti itu memang..

Tapi Tuhan sungguh Maha Besar, selang waktu 2 bulan dari masa wisuda, saya langsung mendapatkan pekerjaan yang saya dapat benar-benar dari keringat saya SENDIRI, SAYA SENDIRI. Untuk pertama kalinya berpenghasilan. Membagi uang untuk sekedar dibelanjakan, ditabung, berfoya-foya atau menyenangkan Mama tersayang.
Menyerah dengan bidang dan lingkungan yang sangat tidak mendukung, ditambah magnet yang menarik sangat kuat, dan kini terjawab sudah magnet itu menarik untuk sebuah apa,
maka saya pun berhijrah.

Tepat pada waktu saya resign berjeda 1 minggu saja, saya langsung aktif bekerja pada The Big Ship ini.
Rasa  nyaman luar biasa dan lingkungan yang benar-benar mendukung, di tambah Bos-Bos yang tidak bisa saya temukan lagi manusia langka seperti itu, bertumbuhlah bunga cinta saya pada Big Ship ini.
Salary saya di kantor ini tidak seperti teman-teman yang mendapatkan pekerjaan MT atau ODP pada bank dan perusahaan ternama. Tidak pula seperti PNS yang bertunjangan ini itu dan mendapatkan yang tak terduga-duga untuk sekedar dibelanjakan sebagai oleh-oleh saat pulang, atau bahkan seorang lawyer's firm dengan gaji selangit dilengkapi merk branded untuk bertemu client
Salary saya standar. Sangat standard dan hanya naik pada selang waktu 1 tahun lamanya. Manakala teman saya mendapatkan kenaikan di setiap 3 bulan pada perusahaan kelapa sawitnya, atau bahkan pada perusahaan jasa pendistribusian barang, atau lemburan pada perusahaan asuransi, SAYA TIDAK. Saya adalah pegawai bergaji standard.

Dengan segala keterbatasan, bukan takdir saya menjadi kutu lompat perusahaan. Pun bukan takdir saya menjadi penyaksi lowongan kerja BUMN/PNS. Saya ber-buru pada lowongan yang dapat menerima semua jurusan (all major). Seperti itu sulitnya ternyata masuk jurusan tak awam. Hahahah

Tapi hal ini tidak mengurangi rasa syukur saya pada yang Maha Kuasa. Tuhan meskipun gaji ini standard, saya masih mampu ngekos di salah satu daerah ternama-elit-nan mahal di sekitaran sudirman. Sebut saja biaya kosan saya ini 1,4 juta/bulan. Saya butuh makan di setiap harinya (pagi-siang-malam). Saya butuh ganti baju-tas-sepatu tiap bulan setidaknya. Biaya massage tubuh dan salon juga sebulan sekali paling tidak. Setiap weekend saya ikut bersosialita dengan beberapa teman dekat, dan bahkan 2 atau 3 minggu sekali saya masih bisa pulang ke kampung halaman dengan bis damri (yang royal class) dan masih ditambah ongkos taksi. Gimana, udah ke predikisi berapa kira-kira yang saya terima tiap bulannya?! Hehehe
Saya tertolong pada bonus 3 bulanan Perusahaan, tidak banyak kadang 1 kali lebih sedikit dari besarnya Gaji. Bukan hanya itu saya juga ditolong oleh my Big Boss the best ever had, yang selalu mentraktir di restoran mewah setiap minggu-minggu akhir bulan. Ya Tuhan, semoga dia masuk syurga.

Kemudian daripada itu, saat-saat Tahun pertama saya bekerja saya bisa membeli beberapa keping LM yang paling murah sebagai simbol tabungan saya. Saya sangat ingin travelling ke luar negeri, dan ternyata saya dapat menyisihkan uang tabungan saya untuk perjalanan tak seberapa mewah ke Singapore. Beserta oleh-oleh ber-merk yang bahkan diri ini tidak mampu lagi beli apa-apa. Yayaya, setidaknya perjalanan ini tidak ada campur tangan sedikitpun dari uang siapapun.

Tahun kedua, saya mulai menemukan partner hidup saya. Ya magnet yang menarik saya untuk semua alasan ini. Kami mulai memiliki visi untuk berkomitmen. Dan sejak saat itu saya mulai mengecangkan ikat pinggang se-paling prihatin sedunia. Mungkin teman-teman saya bilang saya pelit, irit atau blablabla.. Whatever!! Biaya nikah tidak murah, itu yang saya tahu. Toh saya juga tidak minta makan pada mereka. Dan sekitar hampir IDR 30 juta mungkin bisa saya kumpulkan untuk biaya nikah ini itu yang habis terbang entah kemana. Belum lagi ada cicilan isi rumah yang memang murahan dan ala kadarnya (yang penting ada dulu deh yaa).

Hmm, perjuangan yang luar biasa kakaa. Tidak lagi beli baju ini itu, menahan beli tas, sepatu, dan semua style yang gaya hidup orang-orang kantor untuk sekedar ngopi segelas 50 ribu. Bahkan pergi ke tempat makan mewah pun saya masih membawa bontot saya (karena mengatur uang itu harus disiplin kuncinya) :p

Tapi setidaknya bisa mengumpulkan uang pribadi untuk nikah sendiri itu puasss sekali.

Lagi, perjuangan tidak berhenti di tahun kedua sayang, after married masih ada beberapa kebutuhan menumpuk ternyata. Tapi hidup menjadi ringan setelah berpenghasilan berdua. Gizi dan style hidup mulai terperbaiki perlahan. Hutang rumah dan isinya lunas pelan pelan.

Eeeitss tunggu dulu, bukan cuma rumah dan isinya darling, ternyata kesini kesitu kadang butuh mobil juga.
Hap-hap-hap nafas dulu langsung lanjut nyicil mobil. Meskipun second, kecil, tahun ngga baru-baru amat, ya tapi berguna poll apalagi pas hamil gini. Dan Tahun ketiga pun diakhiri dengan lunasnya cicilan mobil.

Kini saatnya mengucapkan sayonara pada The Big Ship ini. Terima Kasih telah mengantarkan saya pada tiga hal significant dalam hidup saya. Terimakasih telah menolong saya untu survive pada kerasnya Jakarta.
Terimakasih telah memperkenalkan saya pada industri pertelekomunikasian, untuk perjamuan pada beberapa hotel bintang lima di Jantung ibu kota (Kempinski, Grand Hyatt, Pullman, Sari Pan Pacific), memberikan event-event ala-ala ke-barat-barat-an like masquarede party, end year party, halloween party etc. Terimakasih untuk Ancol, Anyer dan Yogya. Terimakasih untuk medical checkup tiap tahunnya dengan RS terkenal seperti Brawijaya yang menjadi rekanannya. Terimakasih atas biaya check up kehamilan tiap bulan tanpa mengeluarkan uang sepersen pun.
Dan Terimakasih untuk keterasingannya kepada Operation Maintenance Family. Semoga pada akhirnya kalian tidak dikendalikan tapi malah mengendalikan. Semoga setiap orang dapat percaya takdir.

Semoga saya semakin melambung dan Tuhan memperlihatkan keadilannya atas segala jerih payah. Semoga semua sifat tidak berubah sampai bumi selesai berputar. :)
Salam hangat untuk segala kebaikan semoga Tuhan balas kebaikan, begitu pula sebaliknya. :)