About Me

Foto saya
Indonesia
Analytic person, Fantastic dreamer, Sensitive feeling, but actually I am kind, friendly and fun

Kamis, 31 Maret 2016

3 years in my Big Ship

Mungkin saya bukan manusia di atas rata-rata dengan Big major yang dibutuhkan setiap perusahaan sehingga bisa bernegosiasi dengan gaji besar di bidangnya.

Saya juga bukan manusia berketurunan hartawan untuk bisa menetap di kampung halaman, membeli dengan ratusan juta rupiah untuk harga sebuah status pengabdi negara.

Atau saya adalah manusia penuh keberuntungan yang bisa mengangkat derajat menjadi pegawai BUMN bergaji puluhan juta, membahagiakan kedua orang tua saya, mengantarkan mereka ke pintu mana yang mereka belum kunjungi karena pernah tersita oleh perurusan kebutuhan anak sekolah, anak hidup, anak makan, dan sebagainya. Atau memperbaiki kekurangan yang terasa berhak memang untuk diperbaiki.

Tapi inilah saya. Tidak pernah diri ini dititipkan baik ke saudara, teman, atau sanak family untuk sekedar mendapatkan pekerjaan. TIDAK! Informasi pun tidak pernah didapat bahkan dari teman seperjuangan sekalipun. TIDAK bahkan untuk sekedar informasi.
Diri ini berjejal penuh keringat membawa map berisi CV yang tidak seberapa ini dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu job fair ke job fair lain. Dari satu interview ke interview lain. Atau bahkan bermodalkan nama besar Universitas dalam background pendidikan saya pun mengendarai motor dari satu pintu ke pintu lain. HAH! seperti itu memang..

Tapi Tuhan sungguh Maha Besar, selang waktu 2 bulan dari masa wisuda, saya langsung mendapatkan pekerjaan yang saya dapat benar-benar dari keringat saya SENDIRI, SAYA SENDIRI. Untuk pertama kalinya berpenghasilan. Membagi uang untuk sekedar dibelanjakan, ditabung, berfoya-foya atau menyenangkan Mama tersayang.
Menyerah dengan bidang dan lingkungan yang sangat tidak mendukung, ditambah magnet yang menarik sangat kuat, dan kini terjawab sudah magnet itu menarik untuk sebuah apa,
maka saya pun berhijrah.

Tepat pada waktu saya resign berjeda 1 minggu saja, saya langsung aktif bekerja pada The Big Ship ini.
Rasa  nyaman luar biasa dan lingkungan yang benar-benar mendukung, di tambah Bos-Bos yang tidak bisa saya temukan lagi manusia langka seperti itu, bertumbuhlah bunga cinta saya pada Big Ship ini.
Salary saya di kantor ini tidak seperti teman-teman yang mendapatkan pekerjaan MT atau ODP pada bank dan perusahaan ternama. Tidak pula seperti PNS yang bertunjangan ini itu dan mendapatkan yang tak terduga-duga untuk sekedar dibelanjakan sebagai oleh-oleh saat pulang, atau bahkan seorang lawyer's firm dengan gaji selangit dilengkapi merk branded untuk bertemu client
Salary saya standar. Sangat standard dan hanya naik pada selang waktu 1 tahun lamanya. Manakala teman saya mendapatkan kenaikan di setiap 3 bulan pada perusahaan kelapa sawitnya, atau bahkan pada perusahaan jasa pendistribusian barang, atau lemburan pada perusahaan asuransi, SAYA TIDAK. Saya adalah pegawai bergaji standard.

Dengan segala keterbatasan, bukan takdir saya menjadi kutu lompat perusahaan. Pun bukan takdir saya menjadi penyaksi lowongan kerja BUMN/PNS. Saya ber-buru pada lowongan yang dapat menerima semua jurusan (all major). Seperti itu sulitnya ternyata masuk jurusan tak awam. Hahahah

Tapi hal ini tidak mengurangi rasa syukur saya pada yang Maha Kuasa. Tuhan meskipun gaji ini standard, saya masih mampu ngekos di salah satu daerah ternama-elit-nan mahal di sekitaran sudirman. Sebut saja biaya kosan saya ini 1,4 juta/bulan. Saya butuh makan di setiap harinya (pagi-siang-malam). Saya butuh ganti baju-tas-sepatu tiap bulan setidaknya. Biaya massage tubuh dan salon juga sebulan sekali paling tidak. Setiap weekend saya ikut bersosialita dengan beberapa teman dekat, dan bahkan 2 atau 3 minggu sekali saya masih bisa pulang ke kampung halaman dengan bis damri (yang royal class) dan masih ditambah ongkos taksi. Gimana, udah ke predikisi berapa kira-kira yang saya terima tiap bulannya?! Hehehe
Saya tertolong pada bonus 3 bulanan Perusahaan, tidak banyak kadang 1 kali lebih sedikit dari besarnya Gaji. Bukan hanya itu saya juga ditolong oleh my Big Boss the best ever had, yang selalu mentraktir di restoran mewah setiap minggu-minggu akhir bulan. Ya Tuhan, semoga dia masuk syurga.

Kemudian daripada itu, saat-saat Tahun pertama saya bekerja saya bisa membeli beberapa keping LM yang paling murah sebagai simbol tabungan saya. Saya sangat ingin travelling ke luar negeri, dan ternyata saya dapat menyisihkan uang tabungan saya untuk perjalanan tak seberapa mewah ke Singapore. Beserta oleh-oleh ber-merk yang bahkan diri ini tidak mampu lagi beli apa-apa. Yayaya, setidaknya perjalanan ini tidak ada campur tangan sedikitpun dari uang siapapun.

Tahun kedua, saya mulai menemukan partner hidup saya. Ya magnet yang menarik saya untuk semua alasan ini. Kami mulai memiliki visi untuk berkomitmen. Dan sejak saat itu saya mulai mengecangkan ikat pinggang se-paling prihatin sedunia. Mungkin teman-teman saya bilang saya pelit, irit atau blablabla.. Whatever!! Biaya nikah tidak murah, itu yang saya tahu. Toh saya juga tidak minta makan pada mereka. Dan sekitar hampir IDR 30 juta mungkin bisa saya kumpulkan untuk biaya nikah ini itu yang habis terbang entah kemana. Belum lagi ada cicilan isi rumah yang memang murahan dan ala kadarnya (yang penting ada dulu deh yaa).

Hmm, perjuangan yang luar biasa kakaa. Tidak lagi beli baju ini itu, menahan beli tas, sepatu, dan semua style yang gaya hidup orang-orang kantor untuk sekedar ngopi segelas 50 ribu. Bahkan pergi ke tempat makan mewah pun saya masih membawa bontot saya (karena mengatur uang itu harus disiplin kuncinya) :p

Tapi setidaknya bisa mengumpulkan uang pribadi untuk nikah sendiri itu puasss sekali.

Lagi, perjuangan tidak berhenti di tahun kedua sayang, after married masih ada beberapa kebutuhan menumpuk ternyata. Tapi hidup menjadi ringan setelah berpenghasilan berdua. Gizi dan style hidup mulai terperbaiki perlahan. Hutang rumah dan isinya lunas pelan pelan.

Eeeitss tunggu dulu, bukan cuma rumah dan isinya darling, ternyata kesini kesitu kadang butuh mobil juga.
Hap-hap-hap nafas dulu langsung lanjut nyicil mobil. Meskipun second, kecil, tahun ngga baru-baru amat, ya tapi berguna poll apalagi pas hamil gini. Dan Tahun ketiga pun diakhiri dengan lunasnya cicilan mobil.

Kini saatnya mengucapkan sayonara pada The Big Ship ini. Terima Kasih telah mengantarkan saya pada tiga hal significant dalam hidup saya. Terimakasih telah menolong saya untu survive pada kerasnya Jakarta.
Terimakasih telah memperkenalkan saya pada industri pertelekomunikasian, untuk perjamuan pada beberapa hotel bintang lima di Jantung ibu kota (Kempinski, Grand Hyatt, Pullman, Sari Pan Pacific), memberikan event-event ala-ala ke-barat-barat-an like masquarede party, end year party, halloween party etc. Terimakasih untuk Ancol, Anyer dan Yogya. Terimakasih untuk medical checkup tiap tahunnya dengan RS terkenal seperti Brawijaya yang menjadi rekanannya. Terimakasih atas biaya check up kehamilan tiap bulan tanpa mengeluarkan uang sepersen pun.
Dan Terimakasih untuk keterasingannya kepada Operation Maintenance Family. Semoga pada akhirnya kalian tidak dikendalikan tapi malah mengendalikan. Semoga setiap orang dapat percaya takdir.

Semoga saya semakin melambung dan Tuhan memperlihatkan keadilannya atas segala jerih payah. Semoga semua sifat tidak berubah sampai bumi selesai berputar. :)
Salam hangat untuk segala kebaikan semoga Tuhan balas kebaikan, begitu pula sebaliknya. :)

Selasa, 23 Februari 2016

My Pregnancy

Segala Puji Bagi Alloh Tuhan Semesta Alam.

Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?!

Dan Segala Puji bagi Alloh, yang mengatur segala kebutuhan makhluk-Nya. Hingga hal-hal yang berbatas pada logika, pun terasa nyata.

Semoga sharing about my pregnancy ini bisa sedikit berguna atau setidaknya ada hikmahnya especially buat para silent reader di luar sana.

Ketulah Omongan
Pernah dengar istilah ini? Berbicara atas keinginan mengada-ada, di tambah keyakinan bahwa Tuhan Maha Pengasih, akan sedikit mendengarkan, jika berbaik hati padamu maka akan mengabulkan, atau setidaknya ucapan dengan keyakinan yang berujung penyesalan ini justru malah berbalas karma.
Demikianlah sedikit deskripsi tentang ketulah omongan. Semenjak saat itu, saya berjanji akan sangat berhati-hati dalam berbicara, akan dilantunkan istighfar, dan berfikir panjang sebelum memanjat doa.

Maka terjadilah kekeliruan sperma dan ovum pada tubuh ini terpending sekitar 6 bulan. Entah benar entah karna apa. Dan tepat 6 bulan ketika saya berbicara akibat 'Ketulah Omongan' itu.
Harus melakukan istighfar ratusan kali setiap harinya, sholat di sepertiga malam, lanturkanlah segala keinginan pada saat-saat dimana Tuhan tidak menolak doa.

Berbagai upaya dan doa telah pun saya lakukan, berikut diantaranya, semoga bisa membantu bagi yang sedang mencari tips & trick agar cepat hamil :

I. Perbanyak berdoa (bisa dilakukan ketika hujan, sujud terakhir, sebelum salam, sepertiga malam, atau antara adzan dan iqamah)
- Ya Mushawir (Maha Pembentuk)
- Rabbi Habli Minasholihin
- Rabbi Habli Miladunka Dzuriyatan Thayibatan Innaka Sami'udu'a
- Rabbi Laa Tadzarnii fardan wa anta khayrul waritsiin


II Disamping doa, beberapa upaya yang bisa dilakukan
- Serbuk Kurma (konsumsi ini dicampur dengan madu, aduk-aduk lalu minum untuk anda dan pasangan sebanyak 1 sendok setiap hari)
- Kurma Muda (dikonsumsi oleh kedua pasangan)
- Kacang Ijo (buat istri every day)
- Toge (konsumsi oleh keduanya, dimakan agak berlebihan)
- Semangka (upayakan makan bagian putih di dekat kulit, dikonsumsi every day)
- Tunjang/Kikil ( dikonsumsi oleh suami, jangan terlalu sering nanti berakibat kolestrol)
- asam folat (4 mg bagi istri, 1 kapsul setiap hari)
- susu hamil yang esensial (diminum setiap hari)

Jangan lupa catat jadwal menstruasi anda. Interval normalnya adalah berkisar 28 hari. Sedangkan saya sendiri jarang mengalami hingga 28 hari pas. Selalu lebih cepat, menjadi 25 atau 26 hari. Maka ketika tepat 28 hari bertahan dan belum mestruasi juga, dengan cepat boleh sedikit GR dan langsung membeli testpack.
Sebenarnya ingin membiarkan ini berlarut hingga telat 2 minggu seperti pasangan baru menikah pada umumnya. Tapi menghindari hal yang sangat tidak diinginkan. Karena pulang pergi saya mengendarai motor, dan tidak ingin istilah flek terjadi 2 kali dalam hidup saya, saya putuskan untuk test-pack sekecewa apapun nanti hasilnya.

Seumur pernikahan hingga terjadi tanda garis 2 itu, saya hanya melakukan 2 kali tes-pack. Testpack pertama dilakukan pada interval 27 hari dan kemudian hasilnya negatif. Boleh diceritakan perasaan ketika melihat garis satu itu seperti, semacam ujian penting seperti SNMPTN, UAN, atau test CPNS yang tidak lulus. Dari situ saya merasa ogah poll kalo harus melakukan test-pack lagi. Singkat kata seperti wanita yang gagal menjadi seutuhnya. I feel a part of woman like that.

Such a silly things to writing like this. But for sure you are right to share.

Trisemester pertama
Bagi para pasangan yang baru saja menikah dan sedang menunggu kabar baik tentang kehamilan, ada beberapa informasi yang bisa dikumpulkan untuk mendukung kepositifan anda tsb.

Jelang usia 4 minggu dari menstruasi terakhir, frekuensi pipis lebih banyak dari biasanya akan terjadi. Tidak terlalu banyak sebanyak ketika mengandung 3 bulan. Hanya untuk yang biasanya 8 kali sehari menjadi 10 kali. Atau ketika dikantor misalnya yang mudah untuk menghitung sebanyak 3 atau 4 kali misalnya, menjadi 5 hingga 6 kali.

Kemudian mual adalah gejala terdini sebelum mencapai taraf : "mabok". Rasa mual yang dirasakan biasanya hanya sekedar mual/eneg, bukan muntah berlebihan. Karena ini akan dialami di 2 minggu selanjutnya.

Tanda merah di perut. Tapi hal ini jarang sekali terjadi. Saya juga sempat mencari-cari tapi tidak saya temukan di perut saya hoho.

Note : Hindari naik angkutan umum seperti KRL. Sungguh sepengalaman di kantor ini tidak datang kehamilan dari mereka yang pulang-pergi dengan kereta.

Jelang usia kehamilan masuk di minggu kelima dan keenam. Welcome to the world darling!
Sebagian mereka bilang, inilah nikmatnya kehamilan, sebagian lagi akan bilang " Kok gini-gini amat yaa, sugesti kali".
Kadang pernyataan yang kedua semakin membuat anda menjadi emosi tingkat tinggi tapi tidak berdaya menjelaskan dari A sampai Z. Ingin rasanya sumpah serapah wosh wosh wosh wosh, semoga kamu merasakannya suatu saat nanti, tapi kembali menjadi ibu hamil harus extra dan lebih berhati-hati menjaga fikiran dan omongan. Banyak-banyak istighfar deh. Jauhkan si jabang bayi dari dendam atau semacam hati nan kotor.

Entah dari mana munculnya mabok luar biasa yang ada di diri ini. Sungguh sangat IRASIONAL. Disitulah kamu mampu bersujud sejadi-jadinya mengakui terlalu banyak rahmat Tuhan padamu.

Kamu hidup pada tubuh dimana ia menampung makhluk yang hidup lagi. Saat-saat bulan kedua adalah pembentukan organ terpenting mulai dari jantung, otak, mata dan semua yang vital bagi tubuh manusia di dalam tubuh. Saat itulah saya merasakan guncangan tiada tara untuk menjelaskan hal-hal yang tidak seperti biasanya ini. Berat badan ini turun hingga mencapai total 4 kilo. Dalam sehari saya mengalami muntah sebanyak 7 kali. Muntah yang kamu fikir ini cuma huwek-huwek sebatas air liur (maav tulisan terlalu menjijikan). Semuanya keluar! Semua yang kamu makan, bahkan sedari sarapan, dari susu yang kamu minum semalam, atau bahkan ketika lambung kamu kosong tidak ada apa-apa yang keluar hanya cairan putih atau kuning. (Bagian paling menjijikan sekaligus mengerikan untuk mengingatnya).
Ketika mulut kelelahan menarik-narik si lambung, perut dan kerongkongan rasanya kesakitan menahan tarikan, maka hidung pun berfungsi. Gimana?! Luar biasa kan ^^
Perihnya minta ampun saudara-saudara. Saat hidung ikut berpartisipasi mengeluarkan tarikan itu.

Di satu sisi saya merasa lemah-selemah-lemahnya. Lemah yang bertambah-tambah. Tapi di sisi lain, katakan jarang perempuan yang masih bisa bertahan seperti ini?
Beruntung lah seberuntung-beruntungnya perempuan yang hamil kebo di luaran sana. Dilengkapi Sang Ibu dan Mas suami tercinta di sisimu.
Perjalanan kerja anda diantar-jemput, atau setidaknya duduk di tempat empuk yang dingin dan hanya sebatas 15-20 menit perjalanan saudari-saudari. Makanan apapun yang anda inginkan bisa anda makan langsung tidak menjadi berbulan-bulan, atau beratus-ratus hari.
Bersyukurlahhh! Suami saya saat itu sedang overhoull 1 bulan ngga pulang-pulang, mu nangis kan si tersangka itu antah berantah keberadaannya waktu saya down seperti ini.

Ini adalah selintas kronologi kehidupan saya di trisemester pertama. Di rumah saya sendirian, saya baru saja beradaptasi sekitar 7 bulan dengan tempat baru ini. Semua makanan yang ada di memori saya ketika saya tumbuh berkembang tidak ada.
Dalam sehari sekiranya ada total 4 jam dimana badan saya di lipat di dalam bus yang segala rupa jenis pengamen ada. Segala Rupa hingga terbawa pada mimpi buruk setiap malam. Istighfar adalah hal paling klasik yang bisa saya lakukan dalam kondisi ini. Beratus-ratus lantunan "Astagfirullahaladzim" bergiring dalam kemacetan kota Jekardah, ditambah bonus kalau-kalau kondisi hujan, atau liburan weekend tanggal merah di hari jumat. Dunia mau Runtuh rasanya!! Menahan muntah, menahan pipis, pindah mobil sana kesini, masih ditambah nyetir sendiri sekitar 20 menit dengan kekuatan ekstra yang entah dari mana asalnya saya masih bisa bertahan. Karena itu mohon jangan bilang ini sugesti atau saya dalam kehamilan saya "lebay". Sungguh ini tidak pernah saya ciptakan terbuat-buat sendiri.
Setiap pulang menyetorkan badan ke tempat tidur adalah kegiatan menangis penuh rintih, memanggil-manggil Sang Mama, atau setidaknya mengeluh karena rasa "tidak enak" yang aneh untuk dideskripsikan ini.
Rasa Cemas dari pada saya pingsan sendirian mendukung saya untuk mengungsi ke rumah mertua.
Terpujilah dengan segala rasa syukur mendapatkan mertua sebaik ini. Sadar seharusnya di usianya kini Mama mertua saya ini sebaiknya meraskan tidur enak dan makan enak serta berfikir tentang hal-hal yang menggembirakan. Dan saya datang malah menambah beban ini kepadanya. Saya pasrah, tidak ada lagi solusi yang lebih memungkinkan daripada ini. Saya tidak berbuat apa-apa selain mohon ampun pada Tuhan, dan berdoa untuk kebahagiaan orang banyak.
Meskipun dari usia dan fisik rasanya sudah tidak mungkin meladeni segala kemabokan dan rasa ngidam ini. Tapi Beliau memberikan yang terbaik untuk gizi si jabang bayi. Masih meladeni dan diberikan solusi untuk segala urusan yang saya linglungkan, terlebih bingung kalau ditanya mau makan apa?
Saya mau makanan yang ada di lampung, di depok, cuma itu yang bisa saya ingat tapi ga ada disini. Lalu jawaban pasrah harus berpasangan dengan pertanyaan itu, "makan apa aja terserah Ma". Cuma mampu bilang itu.

Hal yang lebih gila lagi adalah "air putih" dan "nasi putih" sama sekali tidak bisa masuk ke dalam mulut anda. Bayangkan. Kebutuhan yang paling primer tidak bisa menyatu lagi dengan lidah dan lambung. Apa ini? Anehnya bibir tidak pecah-pecah meskipun tidak minum air putih. Sungguh ngidam dan mabok adalah hal yang paling tidak masuk akal.
Penciuman adalah hal yang paling saya syukuri karena tidak berlebihan. Tapi tidak munafik pada akhirnya mencium sesuatu yang wanginya terlalu mencolok, atau berada pada sampah busuk dan sebagainya pun membuat muntah juga.
Beruntung saya masih bisa menahan mual ini hingga toilet rumah atau kantor.
Sesekali terlintas di benak fikiran dosa pada Sang Ibu pasti sangat bejibun. Apa meminum air cucian kaki ibu bisa menghilangkan rasa ini kah? Namun Ibu saya menolak. Ia berkayinan ini hanya terjadi pada trisemester pertama. Masih bisa makan dan minum dan tidak masuk rumah sakit sudah cukup.
Jangan tanyakan rasa malasnya tubuh ini kayak apa. Kalau hukumnya mandi ke kantor itu ngga wajib rasanya ga pingin.
Menyentuh sapu, pel-an sabun cuci, panci, dan kuali are almost never!

Sehampir di pertingahan bulan ketiga Ibu saya datang, syurga sekali rasanya. Saya mau makan nasi dari tangan ibu saya dengan lauk apa saja yang di masaknya. Gimana miris kan. Konon katanya keadaan saya seperti ini karena ditunjang juga oleh psikologis saya yang penuh pantangan untuk makan ini itu, plus keberadaan orang yang sangat saya butuhkan tidak di samping saya.

Keganjilan ini berangsur-angsur hilang ketika meminum 2 botol penuh air zamzam yang dibawakan kakak ipar saya langsung dari keran di Mekkah. Semenjak itu saya mulai mencicipi air putih merk lainnya yang setidaknya tidak langsung dimuntahkan. Ditambah kepulangan Sang Suami setiap minggu memperbaiki tatanan andromeda hidup yang tadinya berserakan ini. Kesabaran dan Keihklasannya membuat saya berangsur-angsur membaik. Inilah keyakinan yang sedari dulu tumbuh, bahwa saya bisa bertahan menua bersamanya, dimana hal ini mungkin tidak ada di di dalam diri pria lain. Sadar wajah pucat tanpa krim pencerah muka ini pasti sumuk sekali. Tubuh kini membengkak, perut membuncit. Di tambah garis-garis hitam yang tumbuh di area tertentu, dan kerap sekali menyambutnya dalam keadaan tidak mandi. Tapi penerimaannya melunturkan segala kekhawatiran sebagai perempuan yang mengalami masa pancaroba ini. Sedih kadang, karena harus selalu meminta tolong padanya untuk membelikan segala isi perut. Tidak bisa mengurusi gizi yang masuk ke dalam perutnya. Malah harus ditambah pekerjaan ekstra ini itu yang kalo dengan hati tidak lapang pasti akan memperkeruh rumah tangga. Tapi karena ini adalah proses penyambutan buah hati, semua merasa senang. Semua seperti menanti-nanti.

Sesekali terbawa cerita tentang peniupan roh pada jiwa di dalam perut ini. Seolah-olah perut berguncangan ditambah gerakan makin ekstra mungkin sedang bermain tendang-tendangan. Calon ibu ini masih beradaptasi menerima gerakannya. Sedang hasil 3dimensi memperlihatkan gerakannya yang tidak bisa diam.

Sepertinya keputusan menjelang persalinan nanti saya memilih di tanah kelahiran saya saja. Tidak ingin merepotkan banyak pihak, ditambah suami yang tidak bisa siaga 24 jam penuh di samping saya, menuntun saya untuk lebih dekat ibu terhadap rasa yang paling peka yang mengalir batinnya ke batin saya.

Semoga Alloh lancarkan segalanya, Ia rahmati dengan kesehatan, keselamatan, kesempurnaan.
Ammiiin yra..

Rabu, 12 Agustus 2015

Terapi Trilogi Rasa

Terapi.. Terapi.. Terapi..
Kalo saya penderita penyakit, pasti sudah collapse karena ngga pernah melakukan terapi. Atau bisa juga dibilang sembuh total karena ngga butuh terapi lagi.
Tapi saya tidak bisa meninggalkan keadiksian saya pada terapi saya ini. Ini membuat merasa lebih baik. Entah dengan siapa yang melihat, apa yang mereka fikirkan tentang saya. Mengenal saya kah, tidak kenal kah, mencibir kah, mengagumi kah. Sirkulasi yang pasti jarak 'others' ini berkisar seperti bumi dan matahari. Hanya kebetulan yang bisa mempertemukan kita dari ribuan probabilitas semu ini.
Baiklah sudah tidak tahu lagi bagaimana bermain kata untuk menutupinya agar terlihat tidak terlalu sederhana, menyedihkan, hanya begitu saja, atau apalah. Saya kehabisan tudung penutup. Akan saya buka saja semua, berharap orang jahat jauh peredaran ini.

Pembahasan subtitel disini adalah trilogi rasa. Karena saking sibuknya saya akhir-akhir ini. Atau karena miskin koneksi internet. Atau kehilangan perkakas jaringan media. Atau karena a, b, c, yang too much reasons saya mau bercerita tentang 3 hal yang sedang bergelut dengan keseharian saya selama ini. Mau saya mulai dari mana kah  terapi saya ini. Kita mulai dengan yang kesehariannya paling dekat. My new life, new adventure.


Berjarak kurang lebih 40 km dari persinggahan hidup menuju kantor saya. Segala perbincangan mengenai jaraknya yang dibilang antariksa, antar galaksi, antar roket lalalala.. Saya sudah khatam. Tetapi alih-alih pergunjingan dan metafora yang makin hiperbola kalah dengan hangatnya tali keluarga yang mendekat, mengisi sisi gelap, dan menjalin tali kekurangan. Lebih dekat saya perhatikan, inilah rumah saya. Nyaman tidak jauh dari jalanan besar, pusat mall, brand-brand yang dibutuhkan cepat, dan yang paling utama adalah pertolangan pertama dari kakak ipar.
Berdomisili di sisi Barat daerah planet lain ini, berhimpitan dengan perumahan terkenal yang konon kaum elite yang mendiaminya (dimana harga rumah tipe 36 saja lebih dari 1 M), saya mendiami sebuah perumahan di tengah perkampungan kota "Bekasi". Logat yang kasar keras berayun nada betawi tapi berhati baik, membuat saya tidak terlalu khawatir membaur. Sebuah perumahan kecil untuk keluarga yang rata-rata memiliki 1 atau 2 buah anak, dengan fase keluarga berkembang, adalah anggotanya. Tidak terlalu buruk, tapi juga tidak terlalu prestige. Simple kata saya sangat betah di antariksa ini. Tepat berjarak 2 rumah dari saya, adalah kediaman kakak ipar saya yang lebih dahulu ber-suhu dan bersosialisasi. Sontak hal ini membuat saya tidak begitu kesusahan adaptasi, plus minta tolong sebagai semua tumpuan P3K. Setelah melihat kenyamanan ini, ibu saya pun mengiba agar anak-anaknya pun berkumpul satu arena. Jakarta yang sulit dicapai oleh jarak tempuh dan waktu, belum lagi ditambah sarang kemacetan, maka dengan segala kebetulan tersisalah 3 rumah kosong di pojokan. 2 dari 3 rumah diambil kakak
kandung saya dan kakak ipar saya. Maka jadilah 4 dari 20 rumah disana adalah seperkandung sepertalian. Menepis segala ketakutan dan kekhawatiran. Alhamdulillah sampai saat ini semua sangat baik-baik saja. Itu sebabnya atas rezeki yang begitu banyak ini, saya takut Tuhan marah. Semoga kami selalu statis pada apapun gelombangnya. Keseharian saya lakukan begitu saja. Saya tahu di luar sana banyak yang tidak seberuntung ini, saya berusaha menjaga segala tatanan cosmogenik ini sebaik-baiknya. Pagi saya lewati dengan bangun pukul 5 am subuh, dan ini adalah sebuah keharusan. 3 buah opsi menawarkan untuk dilewati. Tapi saya memilih bis biru nan gagah, bersih, dingin, dan sedikit sombong untuk terus berjalan meskipun kita sudah berlari-lari mengejarnya. Setelah menyetor tubuh saya ke dalamnya. Saya diperbolehkan meneruskan tidur yang kurang tadi. Kemudian untuk sangketa pemulangan ke kandang. Biasanya saya memilih berkereta. Namun kelelahan menepis suku barbar dan primitif yang semuanya ingin masuk ke dalam transportasi yang dibatasi itu akhirnya melumpuhkan saya. Entah karena pembuluh kapiler sedang membelah menjadi 2, tapi akhirnya Tuhan masih belum mempercayakan saya. Memilih opsi sayang tubuh sayang jasmani, saya pun harus sampai di rumah paling cepat jam 8. Keseharian berjalan nikmat dengan saya yang membawa diri ini seorang diri. Entah bagaimana dengan nanti. Bagaimana saya mengurus anak-anak yang saya doakan dalam setiap sujud saya sekarang.


Maka masuklah pembicaraan ini ke analogi rasa yang kedua. Masih berkutat pada Dream.

Ohh..,, dan apakah saya seorang pemuja mimpi hingga selalu tertidur dan lupa rasanya pada kedunia-an yang sesungguhnya.

Ohh.. Dan adakah karma yang menyusup pada pertalian takdir sehingga adakala ketika saya salah berucap dan menjadikan titik hitam pada hati yang sebelumnya putih, hingga termakan semua bulat-bulat..

Ohh. Dan adakah semacam kesabaran tengah diuji buah dari hasil entah dikali entah ditambah entah untuk menikmati hasil yang juga entah.

Tuhan, aku tidak pernah kecewa padaMu. Aku kecewa pada limit diriku. Jika memori silam kupanggil, dan betapa keberuntungan selalu ada di pihakku. Tapi semua perlahan berubah. Saat kita tidak lagi ingin menjadi pemeran utama. Krisis inner maupun outer melumpuhkan semua. Tidak lagi menjadi aurora pada rintihan gelap. Semua menjadi sama. Saya mengikhlaskan keterlemparan yang saya sadari untuk terlempar. Tidak kunjung menemukan temali untuk mengangkat posisi. Sepertinya hidup menjadi para penonton ombak yang berguncang. Dilapisi kaca yang begitu tebal maka resmilah kita sebagai penonton. Haruskah saya protes, bahwa saya sudah terlantung-lantung selama 3 tahun ini. Hampir pingsan, kecopetan, hingga perjuangan sejenis apapun sudah saya lewati.
Lagi-lagi entah bayangan gelap apa yang mengikuti, ada saja kegagalan menyambut hari-hari.

Iri.., iya iri berat dengan mereka yang tidak memakan waktu berjam-jam untuk tiba di rumah. Baju tidak turut lecek, bersuhu udara dingin tanpa merusak make up, atau berdesak-desakan antara hidup dan mati. Hidup tenang dan begitu nyaman. Uang, jabatan, dan kehormatan mengalir turun temurun. Semua respect-hormat dan tahu menahu jenis kulit apa yang menempel pada tubuhmu. Penghasilanmu hanya digunakan semata-mata membeli beberapa jenis lipstik 500K. Tidak ada yang perlu kau lawan, kau susah payah mencari mengumpulkan, semua akan mengalir sesuai arahnya.Indahnya. Meskipun nominal gaji tidak seberapa. Tapi posisinya konon sangat terhormat. Bulat-bulat aku menelan performa garis keturunan serba ada ini. Nominal gaji saya yang tidak seberapa ini tidak pernah naik menjadi yang diimpikan selang 3 tahun terakhir. Harus mengencangkan ikat pinggang ekstra untuk mengumpulkan uang tabungan kisaran 30 jutaan dalam rentang waktu setahun. Untuk membeli antibiota impian, atau mencukupi printilan pernikahan. Kutu loncat tidak menjadi bagian dari takdirku sebagai penjurus departemen tidak awam, yang konon tidak begitu dibutuhkan. Sekali lagi telan bulat-bulat. Magister juga bukan pilihan baik mengingat kehidupan pasca menikah dibutuhkan kemapanan untuk menyambut jabang bayi agar tidak kurang suatu apa.
Maka, jadilah kita menunggu keajaiban yang entah apa. Impian Milik Negara yang menjamin uang pensiunan anak cucu ketika raga tidak lagi bernyawa runtuh. Hadiah Tuhan pada dua kesempatan silam gagal hingga proses wawancara. Dan tahun ini moratorium membekukan harapan manusia di ujung tanduk ini.
Inilah ranah bumi manusia yang harus ditepis. Kegagalan bukanlah impian. Tapi selalu ada di depan pintu. Menyapa kalau-kalau kamu mau lagi dibawanya.


Tiba pada antalogi rasa yang ketiga.
Proses menulis serdadu menjijikan ini harus banget dilalui? Sooo.., SUCK!!
Ternyata menginjakkan kaki di J town ini. Masih ada orang 'ndeso yang ngga ngerti arti kata "each other" dan ga bisa nulis "tuesday" atau "thursday". Atau di tengah socmed yg terkenal "PATH" ditulis "repeat". Betapa di era yang bahkan anak playgroup serba ke-Bahasa Inggris-an, ada manusia jetlag yang masih se-bodoh ini. Buat apa saya sekolah sampai sejauh ini, menghabiskan biaya yang iba kalau flashback ngeliat keringet orang tua yang jatuh, untuk digabungkan atau bahkan di-bawahi dengan manusia tipekal naudzubillah mendzalik ini. Ada 11 bulan yang harus diitung mundur untuk merubah nasib. Atau justru takdir yang menyapa duuan dengan sangat baik untuk merubah segalanya.

Kemudian adalagi pelacur, pemfitnah, orang susah yang pura-pura kaya raya, dan penyombong yang ngga punya apa-apa. Yang urusan rumahnya serba tak terurus dan urusan manusia lain menjadi kambing hitamnya. Yang menjilat penuh aneka rasa, berpura-pura menjadi kaum sufi padahal jelmaan pendosa, penzina, pemaksiat besar. Sangat menjijikan sodara-sodara. Air Wudhu hampir tidak pernah membasahi wajahnya. Hidup yang sangat rendah tapi berbicara meninggi. Ambisius mengejar hibah yang bukan dari hasil keringat. Tapi hasil menjilat mungkin. Lidah setajam pisau memojokkan sesorang pada posisi terdzalimi. Demi waktu yang mengalir lebih panjang, aku ingin sekali menyaksikan keruntuhan kaum ini. Semoga Tuhan menutup pintu hidayahnya bagi mereka.
-bersambung-


Kamis, 30 April 2015

Tuhan jangan marah...

Kebahagiaan dan kesedihan adalah roh tiada henti yang terus bergantian mengelilingi kita. Sedang kita adalah lintasan istimewanya.

Kebahagiaan adalah ketika kau dikelilingi orang-orang yang turut membahagiakan kebahagiaanmu.

Akan ada orang-orang prioritas yang menjadi sumber kebahagiaanmu. Tapi apakah orang-orang tersebut memikirkan juga orang-orang prioritasmu.

Hidup di dunia ini akan selalu sendiri. Sebagaimana kau dilahirkan sendiri, berpulang pun sendiri. Mengharapkan hal yang tidak sesuai dengan mekanisme kita hanya akan menyakiti diri sendiri. Bersendirilah! Menyendirilah ! Kesendirianlah!

Menyatukan dua kebahagiaan dalam satu ikatan. Mereka bilang awal dari sebuah coba. Sebuah uji. Dan aku, tidak pernah berfikir bahwa hak kemerdekaanku akan dimatikan. Tidak pernah.
Aku seperti kamu.
Lahir dengan sama bebasnya.
Menyekatku dalam sangkarmu sama halnya MEMBUNUH KEBAHAGIAANKU.
Maka jangan matikan hak kemerdekaanku. Jangan matikan cita-citaku. Karena dengan itulah aku hidup.
Aku tidak berharap banyak pada surga yang entah sesungguhnya ada di kaki siapa. Se-ringan itukah surga yang luas itu dipindahkan. Entah dengan kesepakatan siapa dengan siapa pemilik surganya.
Bagiku surgaku sama dengan konsep surgamu. Itupun Jika memang surga itu benar adanya.

Aku ingin hidup ini berbalas. Jika dan bilamana aku melakukan sesuatu, lakukanlah pula untukku. Karena aku sudah kelelahan memahami hidup.
Atau kah aku besar tanpa melalui proses. Ataukah proses itu yang kau benci, maka kau benci lah diriku sejadi-jadinya. Kesemuaannya. Seutuhnya.

Aku ingin hidup ini pada arah yang sama. Jika aku memahami, kau tidak, maka hancurlah kita. Dan jika kau menginginkan, aku pun tidak, rasa pun mati.

Ketidaksepakatanlah yang membuat kita terbentur satu sama lain. Duduk berdua membicarakan sesuatu tidak pernah kudapatkan hasilnya. Mungkin ikatan adalah buah cinta biota dan layar. Sebuah hubungan biotik dan anbiotik.

Ketika kau masukkan kakimu pada sungai yang mengalir, kau tidak akan bertemu air yang sama sebanyak dua kali. Kita Hidup dalam sebuah proses. Tidak ada yang abadi pada dunia ini. Semua berubah. Yang abadi adalah perubahan itu.

Bumi berotasi, aku berotasi, kamu berotasi, dan pada kesempatan yang lain kita tidak pernah bertemu satu sama lain. Merasakan orang-orang berjiwa besar ini adalah keberkahan. Pernah diciptakannya sebuah rumah, sebuah keluarga yang bahkan lebih nyaman dari rumah sungguhanmu.

Betapa Tuhan Maha Baik padamu.
Aku tidak peduli nominal, tidak peduli jabatan, tidak peduli percepatan, ambisi, penjilatan. Aku mencari rumah tempat aku hidup dan Qana'ah. Kemudian "pembangun" rumah itu pergi satu persatu. Akankan rumah tetap sama keadaan hangatnya. Akankah?
Haruskah ku uraikan karakter mereka?
Setiap hari aku berceloteh. Menarasikan hasil guyonan hari ini. Menceritakan betapa bahagianya aku saat ini.


Aku akan memulainya. Semoga besarlah, tinggilah, agar aku mencapai kesepakatanku sendiri.

Dan setelah masa membahagiakan itu aku pun memohon pada Tuhan, Tuhan jangan marah. Tuhan kumohon jangan marah....

Every girl is not dreaming to be a HERO, but bride to be