About Me

Foto saya
Indonesia
Analytic person, Fantastic dreamer, Sensitive feeling, but actually I am kind, friendly and fun

Kamis, 29 Desember 2011


Resolution welcoming 2012

Resolusi.. Resolusi.. Resolusi.. wtf  for 2011!!! Resolusi gw cuma, gw pingin idup di 2012. Sekalipun idup ga usa setengah-setengah kalo cuma mau nyelungsep doang. Harapan, cita-cita, mimpi, tetep aja semuanya balik ama takdir. Bisa apa kalo uda gitu?! Bisa sakit pastinya.. Well, hidup adalah permainan mental meennn..! Ada orang yang bilang, kudu lu tulis tuh pain-wishes or well-wishes elo di kertas, terus lu cari deh aliran aer or selokan di samping tempat tinggal lo. Nah selanjutnya adalah klimaks keidiotan, yaitu alirkan perahu kertasnya karena bakal nyampe ke utusan Neptunus. Nyeehhh!

Selanjutnya prediksi manusia tak tahu diri ini adalah, di awal tahun saya akan menjadi the real zombie, selain juga pelampiasan obsesi para gamers. Beranjak ke sepertiga bulan saya sudah menghadapi kenyataan dan ingin memisahkan diri dari posisi the imaginer karena mau keluar dari fase cermin. Menjelang tengah taun saya akan frustasi tingkat dewa antara keputusan dari kenyataan atau harapan timpang tindih. Biarkan Tuhan menentukannya. Selanjutnya setelah sebagian takdir hidup saya terbuka, maka saya tidak bisa memprediksi lagi. Kemungkinan-kemungkinan untuk mencoba tegak, atau justru..... Saya tidak sanggup meneruskannya karena membayangkan kemungkinan terburuk. Yang jelas saya tidak ingin jatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Oh My.., please treat me as beautiful as your good supreme.. Yasudah, biarkan Tuhan yang mengatur mental saya di tengah taun hingga akhir taun nanti.

Sincerely, still stay in full well-wishess...

Minggu, 25 Desember 2011

Beauty is a character. You can't take it up at a glance

Jumat, 23 Desember 2011

Dari Jurnal Perempuan

Saya membayangkan: Di suatu malam di ujung Desember 1930, Sukarno sibuk menyiapkan pidato di ruang bacanya, di tengah tumpukan buku dan kopi panas. Dan di kamar tidur Inggit dengan tekun menjahitkan kancing jas Kusno (begitu Inggit memanggil Sukarno), supaya ia tampak gagah di depan ruang sidang esok harinya. Dan benar terjadi, pidato Sukarno, dengan judul maha dahsyat itu -INDONESIA MENGGUGAT- meledak laksana kilat, membelah langit imperialisme, mengobarkan api nasionalisme.
Lalu sejarah tumbuh dengan cara lain: ruang baca Sukarno meluas menjadi ruang nasional, lalu tumbuh menjadi ruang Republik. Bintang kehormatan dan puja-puji menempel mentereng di jas Sukarno. Dan kamar tidur Inggit, bertahun-tahun kemudian, ia tempati kembali seorang diri. Inggit menolak dimadu. Ia memilih berpisah.
Sejarah adalah pentas politik laki-laki. Di dalamnya kekuasaan dan kepahlawanan ditampilkan megah: ruang sidang yang sakral, pidato menggelegar, histeria massa, lalu sekotak tanda jasa. Sementara perempuan cukup berdiri di kejauhan, menunggu pentas usai, tanpa paham jalan cerita. Skenario memang tidak ditulis untuk dapur yang penuh jelaga, atau kamar tidur yang kusam. Kamera dan biografi adalah peralatan politik laki-laki. Di dalamnya memori kolektif diproduksi dan kekuasaan diawetkan.
“Kuantar Ke Gerbang”, adalah kisah keteguhan hati seorang perempuan sederhana. Ia menolak poligami, dan memilih hidupnya sendiri. Sukarno tumbuh menjadi orang besar, dieluk-elukkan sejarah. Dan Inggit? Ia kembali pada kesehariannya: meracik jamu, membuat bedak dan berjualan kecil. Ia mandiri. Ia meneruskan hidupnya sendiri.
“Tentu ada jarak akademis antara Sukarno dan Inggit. Juga jarak usia. Tetapi pasti tidak ada jarak integritas.
Inggit menyelesaikan problem ‘cinta segitiga Sukarno’ dengan keteguhan psikologis dan kekuatan akal sehat. Dua kali ia bergumul dengan modus romansa itu: pertama, ketika bercerai dengan Sanoesi, untuk menikah dengan Sukarno, lalu kini ia merelakan Sukarno menikahi Fatmawati. Kita tahu, pada dua peristiwa itu ada konteks dan pertimbangan politik yang kompleks. Di hadapkan pada situasi psikologis semacam itu, yaitu dalam pergumulan antara cinta dan politik, antara ‘passion’ dan ‘reason’, Inggit menemukan penyelesaiannya dengan baik. Ia memilih prinsipnya sendiri. Itulah integritas!
Refleksi hari ini: Politik perempuan masih berjuang menembus multi-lapis diskriminasi. Hambatan multi-lapis itu merentang sepanjang peradaban: dari mitos virginitas sampai perda-perda misoginis. Sangat sering filsafat, agama dan hukum melegitimasi struktur patriarkis itu. Tetapi sejarah justeru mengagungkan politik diskriminasi itu sebagai “his-story”. Hegemoni ini dioperasikan melalui berbagai politik stigmatisasi, untuk tujuan melokalisir perempuan dalam ruang domestik.
Hasilnya adalah ketidakadilan di semua bidang: anak perempuan yang kehilangan hak pendidikan, angka kematian ibu melahirkan yang tinggi, “silent crime” di kamar tidur, partisipasi politik perempuan parlemen yang tidak substantif, dst.
The Law of the Father, memang telah tumbuh menjadi acuan kebenaran sepihak. Dia melembaga dalam politik bahasa, diteorikan dalam psikologi dan ditanamkan dalam wacana sosial. Di dalam “Hukum Sang Bapak”, perempuan tidak tumbuh sebagai aktor warganegara, tetapi sekedar sebagai figuran dalam sistem formal demokrasi. 
Akumulasi ketidakadilan memang menyatu dalam tubuh perempuan: ia penerima terendah produksi ekonomi, ia non-subyek dalam sistem hukum, ia sasaran penghukuman moral dalam politik agama, ia umpan dalam politik media.
Sesungguhnya, sejarah keadilan hanya dapat tumbuh jujur bila ditulis dalam perspektif politik tandingan. Perspektif perempuan mengaktifkan diskursus kesetaraan. Dengan cara itu kita memahami sejarah bukan sebagai “gagasan besar” seorang tokoh, tetapi sebagai “tindakan bermakna” setiap manusia. Tindakan menghasilkan tanggung-jawab, jauh sebelum cita-cita besar tiba.
Politik perempuan adalah kumpulan tanggung-jawab yang merentang panjang dalam peradaban: dari rahim dan payudara, sebagai pemberi hidup, sampai jiwa dan tenaga, sebagai pemberi keadilan. Dalam rentang tanggung-jawab itu, sejarah akan terbaca sebagai sejarah kemanusiaan, dan bukan sejarah ketokohan.
Dalam sejarah politik kita, nama Inggit tenggelam dalam ketokohan Sukarno. Malam itu…, Inggit hanya menjahitkan kancing yang lepas. Tetapi sesungguhnya, sebiji kancing yang lepas, akan sama mengganggunya dengan sebait kalimat pidato yang tak selesai.. *** (Rocky Gerung)

Happy Mother's Day for all beautiful mommies out there... Happy liberate for all women..

Rabu, 21 Desember 2011

ironi complex

Mungkin kamu ngga pernah tau kenapa persetujuan aku begitu berat. Mungkin kamu lupa bahwa kamu adalah harapan. Harapan yang tak pernah lelah untuk terus menggebu. Betapa beratnya aku untuk memberikan ketulusanku. Entahlah, apa mata hatiku juga ikut melihat tentang bagaimana bisa sesuatu ku terima tanpa rasionalitas maupun logika.
Kini akhirnnya ada batas yang begitu tinggi yang tidak bisa kupermainkan seperti dulu lagi. Kini pengaruh The Big O pun makin kuat. Terkadang aku hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan kata-kata tentang apa yang sebenarnya aku rasakan. Tentang tingkah laku baru yang ada di depanku. Tentang bagaimana sebaiknya aku ini bersikap. Ini tidak pernah sama seperti sebelumnya. Pada akhirnya aku harus menjadi peran pengganti untuk menggantikan beberapa functioning. Semoga aku mampu dan Tuhan ada di pihakku. Aku harus menyingkirkan segala urusan perempuan untuk berorentasi pada satu titik. Tidak apa, ini memang bukan masalah besar untukku. Namun entah kenapa efeknya langsung ada pada psikologi personal diriku.

Tuhan peluklah mimpiku...

Sabtu, 17 Desember 2011

Subterfuge

..."Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati,...

QS. al Furqan : 74

Dalam interpretasi, jika kamu membuat hati saya semakin rusuh, kamu adalah petunjuk Tuhan dalam negasi terhadap kemungkinan, semoga kita bukan berjodoh Amin... :p

Sincerely,

Kamis, 15 Desember 2011

Quotation of the day

... Akhirilah perendahan dirimu oleh dirimu sendiri,
karena engkau mengharapkan kekejamannya berubah menjadi cinta

Kembalikanlah dirimu kepada keindahan aslimu,
dan biarkanlah Tuhan yang menemukanmu dengan belahan jiwamu yang sesuai dengan keindahan jiwamu.

Sementara aku yang menunggu pertemuan yang indah itu,...

"Lebih baik berbahagia sendiri, daripada terhina dalam kebersamaan orang yang hatinya tak pernah bersamaku.."


Semoga Tuhan mentenagai ketegasanku untuk menjauhkan diri dari kepalsuan,
dan mengindahkan pekerti bagi sebaik-baiknya belahan jiwa.

Karena pencapaian jodoh, layaknya pencerminan diri... 

-Mario Teguh-

Selasa, 13 Desember 2011

Beyond possibilities

Dari sini semua nya akan dimulai. Dari pencarian sebuah karakter dan jati diri. Dari mencari prinsip serta arti hidup. Jangan tanyakan segala keterlemparan yang kini menjadi stratifikasi atas sebuah nama. Biarkan saja resah berjejal mencari-cari kepastian dalam ketidakpastian.

Dalam kegamangan, mencoba berlari yang entah sampai kapan, atau paling tidak mengingkari semua ini sampai saat yang tepat, tidak pernah aku menjauh dariMu Tuhan.. Dalam keterpurukan yang menyalahi segala determinasi, tapi tidak pernah menyalahi takdirMu. juga tidak pernah mempertanyakan kenapa..
Tentang dia yang selalu ada dalam perbincanganku denganMu, dalam kebutaan arah, sembari mempertegas konsistensi ucap dan perilaku, akan kah kau membalasnya setimpal?

Meyakinkan semuanya kepadaMu. perihal indah di waktu yang tepat, sembari menerka-nerka siapa, kemudian berputar arah, terkadang up dan kemudian down. mencoba bersukur kau buka kan satu per satu kelemahan, lalu ku anggap itu sebagai petunjuk. mencoba memaknai ini adalah caraMu melunakkan aku dan fikiranku...