About Me

Foto saya
Indonesia
Analytic person, Fantastic dreamer, Sensitive feeling, but actually I am kind, friendly and fun

Kamis, 29 Desember 2011


Resolution welcoming 2012

Resolusi.. Resolusi.. Resolusi.. wtf  for 2011!!! Resolusi gw cuma, gw pingin idup di 2012. Sekalipun idup ga usa setengah-setengah kalo cuma mau nyelungsep doang. Harapan, cita-cita, mimpi, tetep aja semuanya balik ama takdir. Bisa apa kalo uda gitu?! Bisa sakit pastinya.. Well, hidup adalah permainan mental meennn..! Ada orang yang bilang, kudu lu tulis tuh pain-wishes or well-wishes elo di kertas, terus lu cari deh aliran aer or selokan di samping tempat tinggal lo. Nah selanjutnya adalah klimaks keidiotan, yaitu alirkan perahu kertasnya karena bakal nyampe ke utusan Neptunus. Nyeehhh!

Selanjutnya prediksi manusia tak tahu diri ini adalah, di awal tahun saya akan menjadi the real zombie, selain juga pelampiasan obsesi para gamers. Beranjak ke sepertiga bulan saya sudah menghadapi kenyataan dan ingin memisahkan diri dari posisi the imaginer karena mau keluar dari fase cermin. Menjelang tengah taun saya akan frustasi tingkat dewa antara keputusan dari kenyataan atau harapan timpang tindih. Biarkan Tuhan menentukannya. Selanjutnya setelah sebagian takdir hidup saya terbuka, maka saya tidak bisa memprediksi lagi. Kemungkinan-kemungkinan untuk mencoba tegak, atau justru..... Saya tidak sanggup meneruskannya karena membayangkan kemungkinan terburuk. Yang jelas saya tidak ingin jatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Oh My.., please treat me as beautiful as your good supreme.. Yasudah, biarkan Tuhan yang mengatur mental saya di tengah taun hingga akhir taun nanti.

Sincerely, still stay in full well-wishess...

Minggu, 25 Desember 2011

Beauty is a character. You can't take it up at a glance

Jumat, 23 Desember 2011

Dari Jurnal Perempuan

Saya membayangkan: Di suatu malam di ujung Desember 1930, Sukarno sibuk menyiapkan pidato di ruang bacanya, di tengah tumpukan buku dan kopi panas. Dan di kamar tidur Inggit dengan tekun menjahitkan kancing jas Kusno (begitu Inggit memanggil Sukarno), supaya ia tampak gagah di depan ruang sidang esok harinya. Dan benar terjadi, pidato Sukarno, dengan judul maha dahsyat itu -INDONESIA MENGGUGAT- meledak laksana kilat, membelah langit imperialisme, mengobarkan api nasionalisme.
Lalu sejarah tumbuh dengan cara lain: ruang baca Sukarno meluas menjadi ruang nasional, lalu tumbuh menjadi ruang Republik. Bintang kehormatan dan puja-puji menempel mentereng di jas Sukarno. Dan kamar tidur Inggit, bertahun-tahun kemudian, ia tempati kembali seorang diri. Inggit menolak dimadu. Ia memilih berpisah.
Sejarah adalah pentas politik laki-laki. Di dalamnya kekuasaan dan kepahlawanan ditampilkan megah: ruang sidang yang sakral, pidato menggelegar, histeria massa, lalu sekotak tanda jasa. Sementara perempuan cukup berdiri di kejauhan, menunggu pentas usai, tanpa paham jalan cerita. Skenario memang tidak ditulis untuk dapur yang penuh jelaga, atau kamar tidur yang kusam. Kamera dan biografi adalah peralatan politik laki-laki. Di dalamnya memori kolektif diproduksi dan kekuasaan diawetkan.
“Kuantar Ke Gerbang”, adalah kisah keteguhan hati seorang perempuan sederhana. Ia menolak poligami, dan memilih hidupnya sendiri. Sukarno tumbuh menjadi orang besar, dieluk-elukkan sejarah. Dan Inggit? Ia kembali pada kesehariannya: meracik jamu, membuat bedak dan berjualan kecil. Ia mandiri. Ia meneruskan hidupnya sendiri.
“Tentu ada jarak akademis antara Sukarno dan Inggit. Juga jarak usia. Tetapi pasti tidak ada jarak integritas.
Inggit menyelesaikan problem ‘cinta segitiga Sukarno’ dengan keteguhan psikologis dan kekuatan akal sehat. Dua kali ia bergumul dengan modus romansa itu: pertama, ketika bercerai dengan Sanoesi, untuk menikah dengan Sukarno, lalu kini ia merelakan Sukarno menikahi Fatmawati. Kita tahu, pada dua peristiwa itu ada konteks dan pertimbangan politik yang kompleks. Di hadapkan pada situasi psikologis semacam itu, yaitu dalam pergumulan antara cinta dan politik, antara ‘passion’ dan ‘reason’, Inggit menemukan penyelesaiannya dengan baik. Ia memilih prinsipnya sendiri. Itulah integritas!
Refleksi hari ini: Politik perempuan masih berjuang menembus multi-lapis diskriminasi. Hambatan multi-lapis itu merentang sepanjang peradaban: dari mitos virginitas sampai perda-perda misoginis. Sangat sering filsafat, agama dan hukum melegitimasi struktur patriarkis itu. Tetapi sejarah justeru mengagungkan politik diskriminasi itu sebagai “his-story”. Hegemoni ini dioperasikan melalui berbagai politik stigmatisasi, untuk tujuan melokalisir perempuan dalam ruang domestik.
Hasilnya adalah ketidakadilan di semua bidang: anak perempuan yang kehilangan hak pendidikan, angka kematian ibu melahirkan yang tinggi, “silent crime” di kamar tidur, partisipasi politik perempuan parlemen yang tidak substantif, dst.
The Law of the Father, memang telah tumbuh menjadi acuan kebenaran sepihak. Dia melembaga dalam politik bahasa, diteorikan dalam psikologi dan ditanamkan dalam wacana sosial. Di dalam “Hukum Sang Bapak”, perempuan tidak tumbuh sebagai aktor warganegara, tetapi sekedar sebagai figuran dalam sistem formal demokrasi. 
Akumulasi ketidakadilan memang menyatu dalam tubuh perempuan: ia penerima terendah produksi ekonomi, ia non-subyek dalam sistem hukum, ia sasaran penghukuman moral dalam politik agama, ia umpan dalam politik media.
Sesungguhnya, sejarah keadilan hanya dapat tumbuh jujur bila ditulis dalam perspektif politik tandingan. Perspektif perempuan mengaktifkan diskursus kesetaraan. Dengan cara itu kita memahami sejarah bukan sebagai “gagasan besar” seorang tokoh, tetapi sebagai “tindakan bermakna” setiap manusia. Tindakan menghasilkan tanggung-jawab, jauh sebelum cita-cita besar tiba.
Politik perempuan adalah kumpulan tanggung-jawab yang merentang panjang dalam peradaban: dari rahim dan payudara, sebagai pemberi hidup, sampai jiwa dan tenaga, sebagai pemberi keadilan. Dalam rentang tanggung-jawab itu, sejarah akan terbaca sebagai sejarah kemanusiaan, dan bukan sejarah ketokohan.
Dalam sejarah politik kita, nama Inggit tenggelam dalam ketokohan Sukarno. Malam itu…, Inggit hanya menjahitkan kancing yang lepas. Tetapi sesungguhnya, sebiji kancing yang lepas, akan sama mengganggunya dengan sebait kalimat pidato yang tak selesai.. *** (Rocky Gerung)

Happy Mother's Day for all beautiful mommies out there... Happy liberate for all women..

Rabu, 21 Desember 2011

ironi complex

Mungkin kamu ngga pernah tau kenapa persetujuan aku begitu berat. Mungkin kamu lupa bahwa kamu adalah harapan. Harapan yang tak pernah lelah untuk terus menggebu. Betapa beratnya aku untuk memberikan ketulusanku. Entahlah, apa mata hatiku juga ikut melihat tentang bagaimana bisa sesuatu ku terima tanpa rasionalitas maupun logika.
Kini akhirnnya ada batas yang begitu tinggi yang tidak bisa kupermainkan seperti dulu lagi. Kini pengaruh The Big O pun makin kuat. Terkadang aku hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan kata-kata tentang apa yang sebenarnya aku rasakan. Tentang tingkah laku baru yang ada di depanku. Tentang bagaimana sebaiknya aku ini bersikap. Ini tidak pernah sama seperti sebelumnya. Pada akhirnya aku harus menjadi peran pengganti untuk menggantikan beberapa functioning. Semoga aku mampu dan Tuhan ada di pihakku. Aku harus menyingkirkan segala urusan perempuan untuk berorentasi pada satu titik. Tidak apa, ini memang bukan masalah besar untukku. Namun entah kenapa efeknya langsung ada pada psikologi personal diriku.

Tuhan peluklah mimpiku...

Sabtu, 17 Desember 2011

Subterfuge

..."Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati,...

QS. al Furqan : 74

Dalam interpretasi, jika kamu membuat hati saya semakin rusuh, kamu adalah petunjuk Tuhan dalam negasi terhadap kemungkinan, semoga kita bukan berjodoh Amin... :p

Sincerely,

Kamis, 15 Desember 2011

Quotation of the day

... Akhirilah perendahan dirimu oleh dirimu sendiri,
karena engkau mengharapkan kekejamannya berubah menjadi cinta

Kembalikanlah dirimu kepada keindahan aslimu,
dan biarkanlah Tuhan yang menemukanmu dengan belahan jiwamu yang sesuai dengan keindahan jiwamu.

Sementara aku yang menunggu pertemuan yang indah itu,...

"Lebih baik berbahagia sendiri, daripada terhina dalam kebersamaan orang yang hatinya tak pernah bersamaku.."


Semoga Tuhan mentenagai ketegasanku untuk menjauhkan diri dari kepalsuan,
dan mengindahkan pekerti bagi sebaik-baiknya belahan jiwa.

Karena pencapaian jodoh, layaknya pencerminan diri... 

-Mario Teguh-

Selasa, 13 Desember 2011

Beyond possibilities

Dari sini semua nya akan dimulai. Dari pencarian sebuah karakter dan jati diri. Dari mencari prinsip serta arti hidup. Jangan tanyakan segala keterlemparan yang kini menjadi stratifikasi atas sebuah nama. Biarkan saja resah berjejal mencari-cari kepastian dalam ketidakpastian.

Dalam kegamangan, mencoba berlari yang entah sampai kapan, atau paling tidak mengingkari semua ini sampai saat yang tepat, tidak pernah aku menjauh dariMu Tuhan.. Dalam keterpurukan yang menyalahi segala determinasi, tapi tidak pernah menyalahi takdirMu. juga tidak pernah mempertanyakan kenapa..
Tentang dia yang selalu ada dalam perbincanganku denganMu, dalam kebutaan arah, sembari mempertegas konsistensi ucap dan perilaku, akan kah kau membalasnya setimpal?

Meyakinkan semuanya kepadaMu. perihal indah di waktu yang tepat, sembari menerka-nerka siapa, kemudian berputar arah, terkadang up dan kemudian down. mencoba bersukur kau buka kan satu per satu kelemahan, lalu ku anggap itu sebagai petunjuk. mencoba memaknai ini adalah caraMu melunakkan aku dan fikiranku...

Jumat, 18 November 2011

Tangga - Utuh

only comes in the right time...

Saat perempuan di titik nol, saya pikir mudah memasuki rongga-rongga stigma di peredaran hati. Saya tidak butuh apa, saya hanya takut sendirian untuk berjalan menapaki langkah demi langkah. Saya khawatir akan ketidakpastian duniawi. Saya lelah. Saya cemas. Karena bagi saya, ini mengerikan. Saya tidak berarti. Saya kaum peraduan kekalahan. Saya tidak sanggup memulai. Tapi saya juga tidak mau dibuai iming-iming fiksi mini.


Mudah bagi saya menjatuhkan hati ini dimana saja. Tapi akankah dia menembus hierarki teratas saat saya ada dititik nol. Saya kosong, saya tidak berfikir apa. Mencari persamaan atau mindset idaman tidak juga saya temukan. Sudahlah, dia diam dan hanya berdiri disini mungkin sudah cukup.


Kemudian keadaan membalik, saya harus diam. Terjadi fenomena monotonisasi satu arah. Kualitas diri yang membutuhkan pembidanan menjadi tumpul. Ulasan demi ulasan hanya membuat saya merindukan orang lain disana. Membuat saya ingin berlari mencarinya, atau sekedar memeluknya karena rindu yang tak pernah habis dimakan waktu. Determinasi perempuan bodoh yang habis dimakan perasaan. Keadaan yang mungkin tidak pernah menjadi causa timbal balik.
Saya benci ini, harus membanding-bandingkan ataupun berharap keadaan sempurna yang memang tidak pernah ada. Sampai saat ini saya mencoba menerima, tanpa alasan yang tepat untuk beralih.
Sudahlah, kenapa manusia selalu dibebani tampilan kasat mata. Kenapa keistimewaan buah dari kepalanya tidak bisa melengkapi diri saya yang kosong. Kenapa?? Kenapa ini menjadi satu arah, satu persepsi, satu asumsi, satu penerimaan, satu determinan, satu, dan hanya satu,.. Mungkin karena alasannya memang cuma satu...


Harusnya saat ini saya penuh rasa syukur, saya kasmaran, saya dikelilingi bunga imajinasi yang segar serta pacuan jantung yang lebih dari biasanya. Seketika fikiran harusnya langsung dipenuhi beban-beban pembuang waktu tak berguna. Kemudian penantian, kemudian pengharapan, kemudian iming-iming ketidakpastian. Kemudian peraduan argumen di kepala, kemudian uji hipotesa penerimaan atau penolakan tanda persetujuan. Kemudian kaki kembali menyentuh tanah. Tentang realitas yang kian jauh. Tentang mimpi yang tidak boleh berubah. Tentang hariku yang membutuhkan fase metamorfosa...
Serahkan sajalah, pada akhirnya tetap saja saya yang harus menentukan kehidupan saya sendiri. Mungkin dia jawabannya, atau mungkin Tuhan sedang mecoba melunakkan hati saya. Mungkin Tuhan ingin saya yang lebih baik. Atau mungkin kembali pada iming-iming fiksi mini peraduan dari kaum kekalahan.
Mungkin Dia akan ada di saat yang tepat. Dia.. Siapa Dia??

Rabu, 16 November 2011

Listen my Heart's saying...

Sebelum ini aku pernah menjadi kepingan tak bertuan. Pecahan dan bulir-bulir yang tak tahu arah tujuan.
Sebelum ini aku gundah tak berkecukupan, mencari-cari arti. Sedemikian tak berartinya kah diri ini? Seperti pecundang lemah yang bertumpu dan kemudian dibuai oleh iming-iming fiksi mini karena lelah berjalan, lelah berlari, dan menjadi lambat atau bahkan berhenti. Dunia diam. Semesta diam. Mungkin iba melihat aku yang terlunta-lunta. Lelah berkompetisi, atau terdeterminasi sebagai pecundang. Bahkan aku belum menyentuh arenanyaa karena aku terlalu takut sebagai pecundang.

Sebagai apa aku menyebutkan diriku, loser kah, pecundang kah?! Kemudian kembali mencari-cari mentari, Tuhan, apakah ini sudah senja, apa ini sudah renta?

Disela sela keterpurukan entah dari mana aku harus memulai...

Dari kecil aku tumbuh dan menjadi dewasa memang tanpa cita-cita yang pasti. Tapi kepastian dalam hidupku adalah aku manusia yang berkeinginan. Yang menjadi keyakinanku adalah aku hanya ingin menjadi perempuan yang berbeda. Dalam kasat mata duniawi aku ingin mengangkat derajat kedua orang tuaku di mata manusia. Gamang, sampai sekarang keinginan itu bias tanpa signifikansi. Lagi-lagi di sela-sela rasa kejatuhan akan harap, pengharapan yang tidak tahu diri ini pun tidak hilang diberantas.

Dalam permasalahan yang silih kian satu menghampiri dan yang lain terlewati  begitu saja, aku tidak banyak bisa berharap lebih. Apalagi berkeinginan untuk mengendalikan segala sesuatu. Sudahi saja ya Tuhan, Ya aku sempat berfikir begitu. Kenapa malaikat pencabut nyawa tidak datang juga, apa harus aku yang menghampirinya. Tuhan, aku tidak sekuat itu untuk jatuh dan jatuh lagi di kehidupan selanjutnya. Aku tidak pernah menyalahkan keadaan atau keterlemparan ini. Aku ikhlas.. Tercipta sebagai perempuan adalah hidayah yang paling indah. Dikelilingi orang-orang hebat layaknya bonus dalam hidupku. Terstigma dalam suatu idealisme dengan kukuh, adalah bentuk keberkahan tak terhingga. Dan ketika dunia kini telah menjadi apa, aku di titik ini Ya Rabbku. Akalku bertindak, hatiku berfikir, rasioku mengalir, menafsirkan satu persatu interpretasi yang kadang tak mampu ketiganya menjawab.

Lalu kemudian, satu persatu malaikat Tuhan melemparkan penyangga. Kepingan-kepingan kian berkerumun membuat sebuah bentuk. Mungkin tak bersenyawa, mungkin tanpa harap, mungkin dengan fiksi mini iming-iming dari kaum kekalahan. Atau mungkin, sebuah jawaban atas determinan-determinan abadi.
Lagi-lagi hati bertanya, "apa itu harap?"

Sabtu, 24 September 2011

Kamis, 22 September 2011

Hopeless

Dan tidak ada hari-hari yang lebih menyakitkan daripada hari-hari ini.. Diubahnya serpih-serpih asa menjadi sisa kepasrahan..

Yang ku tau pasti, aku masih menginginkan kehidupan, tidak ingin mengakhiri ini semua sebagai lelucon ambisi abstrak seorang otoriter. Aku dan mereka adalah subjektivitas arogansi-nya..
Kau puas, wahai penguasa yang tak bisa berkuasa?!

Aku harap umurmu panjang dan sejahtera. Oh bukan, semua dari kalian tentunya.. Satu persatu kalian perlu menjadi saksi seperti apa budak ambisi proletar itu berevolusi.

Aku berdiri bukan tanpa refleksi, berhati-hati aku berjalan menapaki langkah demi langkah dengan prinsip dan idealisme yang aku percayai. Sudah sedemikian sucikah kalian hingga berhak menyimpulkan sebuah bagian dari proses?! Hari ini kalian beruntung. Aku yang tidak beruntung.. Mari kita lakukan hal ekstrem atas asa yang tersisa ini.

Apa itu takdir, apa itu pilihan, apa itu keputusan?! Apa mereka hanya bagian dari kehidupan, lalu permainan apa yang kita mainkan ini. Haruskah saat ini aku bilang bahwa AKU MENYESAL. Menyesal sepenuh jiwa dan ragaku hingga tidak ada kekuatan untukku menjalani apa yang masi tersisa ini.

Mengambil tindakan adalah hal yang mengerikan bagiku saat ini. Aku takut jatuh lagi. Tapi berdiam diri adalah hal yang paling kubenci, karena hidup bukan untuk tidak berguna seperti ini.

Apa?! Sekarang apa lagi yang bisa kulakukan.. Tuhan, mungkin permohonan terakhir itu adalah aku begitu lelah menjalani dunia yang naif ini. Percepat sisa hidupku, dan aku menunggu para malaikatmu menjemputku. Aku ikhlas, atas semua yang telah terjadi... Mungkin begitu saja

Selasa, 06 September 2011

Syawal syawal..

Fikiran memang tidak bisa dikendalikan, menembus kerangka konservatif, mengada-ada karena menemukan ketidakpastian, atau bahkan memperolok ironi-ironi kecil.
Tapi satu hal, diri ini selalu ingin menampilkan yang terbaik, setidaknya kutorehkan senyum tulus di dunia ini agar tak satupun mendendam padaku...
Kutata hatiku sebaik mungkin.. Tidak berharap apapun dari siapapun.., kecuali tempat istimewa dalam pandanganNya.

Beberapa datang, pergi, atau bahkan datang lagi dengan membawa apa yang kau fikir sesuatu adalah baik. Ku jauhi satu per satu mereka dengan cara yang baik. Aku hanya tidak ingin melukai.
Itu saja alasannya..

Perkenalan itu cukup, saat memilah dan memilih, rasio maupun emosi pun berkontribusi. Ku jauhi kalian dengan cara yang baik. Bergaul dengan kaum yang baik. Tidak bisa kah kau melihat satu aura baik pun di matamu. Karena aku melihatnya, maka ku jauhi kalian dengan cara yang baik..
Itu saja alasannya..

Dan jika kau merasa sesuatu adalah baik, pasti kan ada satu kepakan sayap di belahan dunia yang lain yang memperdulikanmu. Tapi bukan aku. Karena aku terbawa oleh kepakan sayap yang lain, sedikit pun aku tidak peduli tentang apa yang kau fikir itu adalah baik karena,
tentang sesuatu yang baik itu sendiri relatif. Baik bagiku dan belum tentu bagimu.
Karena itu kujauhi dengan cara yang baik.
Itu saja alasannya.

Minggu, 24 Juli 2011

Rabu, 15 Juni 2011

Mess

Kacau, berantakan, tidak tertata, dan tidak tahu harus bagaimana.

Yang jelas saya akan melepaskan tekanan dari para bocah yang harus melegakan hati saya untuk diinjak-injak, remeh-temeh, tanpa balas jasa sepeser pun!!! Lebih baik saya bekerja konkret dengan hasil yang pasti dan dihargai atas pencapaian saya.

Bukan saya tidak tau kekurangan dan kelemahan saya. Terkadang saya merendah, bukan untuk direndahkan, terkadang saya membela diri, juga bukan untuk ditertawakan. Saya tahu apa yang terbaik untuk saya.

Saya bisa merapihkan dan menata fikiran dan harapan saya yang berserakan ke tempat yang baik. Tapi saya tidak tahu bagaimana menata kata-kata yang tepat, bahkan untuk memohon dan berdialog padaNya. Saya pernah tidak tahu diri, lalu jatuh sedemikian dari tempat yang terlampau tinggi. Maka pecah, berkeping. Butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan semuanya. Dan kecacatan itu tetap akan terlihat meskipun sudah termakan waktu.

Kini berharap pun menjadi suatu persyaratan. Entah mau dibawa kemana hidup ini selanjutnya.

Brother complex

Ini bukan tentang analisa psikologis Sigmund Freud tentang Oedipus Complex,
juga bukan tentang Sangkuriang yang tidak lagi mengenali Dayang Sumbing.
Ini juga bukan cerita yang muncul karena berawal dari hasrat cinderella complex..

Bukan mengenai kepemilikan, Atau judgment atas keterlemparan. Bukan pula suatu penyakit kronis di dalam jiwa...


Tapi, seandainya saat ini aku tidak sendiri...

Selasa, 07 Juni 2011

Happy Birthday Mama




thanks for loving me whole of your soul, give a very big sacrifice
thanks to instill very strong principle in my self
showing an idealism about the law of nature that would apply within the life
thanks for all the time that you provide, focusing on my growth
thank you for the struggle and defense about your reliance perception, 
indeed it had to be true and it must be maintained
we must be on the one street, and it's only in that way we can find the true
you are my hero, a woman who assertive and full of love could not be seen at a glance
I miss you ma, I wanna always beside you when you need me
just like when I need you ...
I will ...


Jumat, 20 Mei 2011

LAKON

Dalam siklus manusia kecil, dewasa, menua dan mati hidup selalu berada di dalam dua oposisi. Betapa Tuhanku Maha Membolak-balikkan rasa. Menjadikan sesuatu dalam sekejap kedipan mata.
God, this fatigue is mine and the destiny is Yours..
Aku mengamati jalan cerita dari masing-masing pemilik peran utama, aku kesampingkan dahulu diriku yang tidak mau kalah juga sebagai the primary role.
Begitu mudah manusia tertawa. Mereka memilih, menentukan, lalu begitu mudah pula mereka kemudian menyesali, menangis, mengeluhkan. Masing-masing peran tertawa di panggungnya. Tapi sang pelakon ingin menyembunyikan rasa sedih sesungguhnya.
'Wahai penonton, cukupkan saja kalian tahu senyumanku. Getir dan gamang-nya aku, mampu kusembunyikan dengan baik.'
Terkadang sang pelakon mampu menjadi buas sebuas-buasnya. Tapi terkadang mereka juga mampu merendahkan pemeran lain dengan memperlihatkan posisinya yang mereka rasa jauh lebih baik. Namun,  sadarkah kau wahai lakon, hidup tidak selalu mulus, dunia tahu benar itu. Di gerbang ini kau bisa tertawa, di pintu berikutnya kau tidak pernah tau apa selanjutnya. Hati-hati dengan semua ucapanmu, hati-hati dengan keinginanmu yang selalu ingin membanding-bandingkan, hati-hati dengan fikiranmu apabila penuh dengan rasa curiga. 

Lakon-lakon bermain dengan lakon dari Sang pembuat lakon karena lakon ingin menjadi lakon yang benar-benar berlakon dalam melakoni apa yang dilakoni oleh si pelakon.

Senin, 11 April 2011

Unbearable tears...

Rasa sudah tak tertahan lagi Tidak kuat lagi.. Membayangkan di dunia ini hanya aku sendiri, berdiri di perbatasan tanah, udara, dan air, itu lebih aman. Karena para manusia hanya muncul sebagai pemakan sesamanya.

Bagaimana harus kudeskripsikan rasa ketertekanan ini.. Luar biasa sekali. Entahlah, terkadang aku merasa hidup terlalu absurd untuk berharap. Karena sudah ada hierarki yang tak dapat lagi diubah. Untuk apa kita bermain di panggung dan arena ini atas skenario yang sudah ada. Tertawalah atas skenario yang bahagia, dan peraduan air mata?! Telan saja air matamu. Itu tidak akan mengubah apapun keadaannya. Sutradara harus memformat ulang nantinya. Atau bagaimana kalau bertukar peran saja?! Buang khayalanmu. Inilah keterlemparan! Ikuti saja aturan mainnya. Itulah sebaik-baiknya kehidupan.

 Aku, berada di titik yang selalu ku ingkari. Subjek aksen dan subordinat dari representasi diri ku yang nyata. Sederhananya, aku selalu memungkiri realitasku kini. Mungkin karena buah mimpi ini berlebihan. Mungkin karena tidak menerima kenyataan. Mungkin terlalu angkuh. Mungkin terlalu berharap. Mungkin terlalu naif. Mungkin, mungkin, dan mungkin...

Harusnya aku menikmati hari-hariku seperti manusia 22 tahun lainnya. Puas sebagai civitas academia, berbagi kasih, dan sekarang, sudah terspesialisasi. Lebih dari itu, sekarang sudah ada di bangku para manusia dewasa. Harusnya aku melebur, tidak serigid ini. Harusnya aku menerima semua prasangka dan judgement yang tertuju padaku. Begitu saja, tidak mengelak, dan inilah aku. Maka sekarang aku tidak kesulitan mencari reason tentang apa yang sebenarnya aku inginkan. Bias...

Apa ini kebahagiaanku?! Tentu tidak. Ini sempit, ini nyata, ini absurd, ini kerdil, ini penistaan. Atas kekufuran yang dilakukan adalah Ratu. Atas ambisi yang terselubung adalah Tuan-Tuan yang menggerakkan. Maka aku adalah serdadu-serdadu pioneer. Kita lihat seberapa Hebat Sang Ratu Iblis dan Tuan-Tuan Jahanam itu bertahan. Atau dunia memang sudah terbolak-balik. Kalau begitu aku yang harusnya menyingkir. Atau menjadi Duryudana saja. Oposisi terkisah yang ingin kuubah ahir ceritanya.

Ikuti saja aturan mainnya. Ini peranku. Itu peranmu. Dan inilah sebaik-baiknya hidup. Semua akan berjalan sesuai skenario yang sudah ditentukan. Telan air matamu. Buang perandaianmu. Begitu saja... 


Jumat, 18 Maret 2011

Your life is what your thoughts make it


“Mind to be something”.
Pernah dengar hal itu sebelumnya?! Posisikan diri anda sebagai pemancar radiasi, kemudian, apa yang anda pikirkan akan terjadi layaknya sebuah televisi yang telah menangkap pancaran radiasi dan memunculkan gambar-gambar yang diinginkan radiasi tersebut. Indah bukan?! Sekarang sediakan waktumu sebelum tidur untuk membayangkan hal-hal yang indah. Lalu tanamkan keindahan itu pada diri anda. Maka alam akan menarik proton dari ion-ion itu untuk memanefastikan janji dari pikiranmu.

Referensikan semua yang menurutmu ‘wonderful’ untuk menjadi 'reference'. Hmm, bahkan sang pemancar harus mengambil sampel dari pemancar lain. Yaa, bagaimana lagi, terkadang manusia memang lelah menjadi orang biasa, tetapi kurang siap untuk menjadi si LUAR BIASA.

Dinamika hidup bisa kau kendalikan dengan fikiranmu. Itulah sebabnya hatimu harus bersih, fikiranmu harus positif. Bukan aku tak mampu berfikir di luar kerangka. Tapi letih membayangkan konsekuensinya. Terkadang manusia yang terbatas lebih mampu merasakan kebahagiaan dibanding orang yang memiliki semuanya. Kapan ya, rotasi itu menemukan titik terendah bagi orang-orang yang penuh fikiran negatif. Menarik neutron-neutronnya, menutupi ketidakmampuannya dengan mengalihkan dan menghapus kondisi dirinya. Menjadi seorang aktor mendadak dan fleksibel dengan keadaan apapun. Inikah sebuah tuntutan hidup?! Kau harus manis di depan orang yang dapat mengancammu. Hhhh, Aku lelah melihat tingkah laku mereka. Aku butuh sekali orang positif. Satu-satunya manusia positif yang selalu dapat memberi motivator



Gadis ini hebat. Pikirannya maju, lepas dari sistem partiarki. Meskipun pandangan konservatif tradisi masyarakat tidak selalu baik, tapi ini termasuk salah satu suku yang mampu keluar dari garis patriarki di Indonesia loh.  Pembuktian real-nya juga tidak memiliki cacat. 

Baiklah rasa hormat saya sampaikan tidak untuk lebih membentuk diri saya. Saya terlahir dibentuk, tidak dijadikan atas keinginan saya sendiri. Hak kebebasan setiap manusia terbatasi dengan manusia lainnya. Saya menerima aturan yang ada. Mari kita mulai hidup ini. Saya membayangkan dua, lima, dan puluhan tahun ke depan. Jika saya sampaikan ini pada secarik kertas, apakah energi menarik elektron-elektron alam membuatnya semakin nyata?! Apakah utusan Neptunus juga akan membawanya untuk menyampaikan radar-radar ini?!
Let’s we see ;)

I have a new family!






Maybe, it call our commitment
"Fortunate", that's what can I say when I find all of you guys. It's not just a feeling only you can feel. Seems like we're in the one roll. Sometimes we have different perceptions or some distinction views because of our maturity. Well, let's just say this is the place where I can laugh. Yes, I laugh satisfied because I don't know anymore what else the things can make me laugh. We began and ended with the same digits dears. I promise! ;)

Jumat, 04 Maret 2011

every 3rd Mrch


Welcome my 22nd...  I don't know how long the days remain after this, how many promises I haven't filled, the obligations that I have not to do. Hope my quality increase so that I can be a wise in every action, every second. I turn in the rotation, the time and place. Wishes in the imagination and refraction
 


Happy birthday to the soul that I occupy

Rabu, 23 Februari 2011

Tentang Feminisme

Kalau di dunia saat ini didirikan yayasan panti galau, mungkin saya akan cukup lama bergabung di dalamnya. Terlebih, saya tidak kunjung menemukan kepastian dalam hidup saya. Orang bilang, saat saya kian galau, saya akan kembali kepada sesuatu untuk menumpahkan segalanya, dan jika saya menemukan kesenangan saya, biarkan tidak seorang pun mengganggu saya. Cukup ekstrim bukan?! Baiklah jejak-jejak dalam perjalanan hidup tidak sepenuhnya dapat dihapus, tapi juga akan hilang dengan sendirinya. Apapun itu, tidak peduli bagaimana ekspresi wajahmu saat itu, tapi hidup memiliki setiap persepsi di dalam setiap otak yang sudah pasti terkotak-kotak. Berbicara tentang isi kepala yang terpilah-pilah ini, entah kenapa saya ingin sekali menyatukan misi saya. Kamu tahu, saat seseorang merasa cocok, nyaman dan sependapat. Itu yang sesungguhnya saya inginkan. Bagi saya ini adalah fondasi pertama dalam membangun suatu interkoneksi, saya ingin tau apa yang ada di dalam kepala seseorang dan kemudian cara dia mengungkapkan. Secara kasat mata, ada ekspresi, gaya bahasa, gaya lingkung dan intonasi di dalamnya. Jika itu menyejukkan, saya tidak akan menangkis tentunya. Namun, apa yang terjadi jika ini membuat anda berada di batas kesabaran. Seperti omong kosong seorang politisi yang membuat orang lain enggan atau bahkan muak untuk mendengarkannya terlebih untuk dibagi. Simpan saja, tapi mungkin bukan untuk saya. Berbeda dengan seorang pedagang keliling yang tidak tahu menahu tapi mampu mengeluarkan kata kata emasnya. Ya anggap saja begitu yang saya tekankan dalam suatu interaksi.

Lalu bagaimana dengan pendapat anda, pendapat saya, pendapat kita?! Begini, saya menganggap diri saya ini bukan manusia sempurna seutuhnya, namun suatu saat saya akan disempurnakan. Begitu?! Konyol kedengarannya, saya seperti punguk yang setiap malam merindukan bulan-bulanannya. Saya, terlahir dan terlempar ke dalam keadaan yang bukan pilihan saya tentunya. Jika suatu quote mengatakan hidup itu 90% usaha dan 10% -nya lagi destiny, mungkin inilah bagian dari destiny itu. Perempuan, lahir, mati, dan orang tua tentunya. Saya ambil identitas saya yang pertama, PEREMPUAN. Mengapa saya dilahirkan sebagai seorang perempuan? Kemudian saya tepat dioposisikan dengan saudara saya satu-satunya yang pria. Dia hadir lebih dulu dari saya. Tepat, dia akan menjadi wadah semua harapan. Lalu ketika oposisi ekstrim ini disandingkan, sistem partiarki pun akan secara otomatis termanifestasikan. Sejak kecil, sejak anda tahu yang mana ayah dan yang mana ibu, sejak anda mampu memahami bahasa, sejak anda terpercikan dengan sistem dalam lingkungan sosial anda. Maka saya sebagai perempuan akan merasa saya lumpuh. Saya perlu ditopang, perlu dilindungi, perlu dibawahkan. Secara ontologis, kehidupan biologis saya terkibiri, secara ekonomi saya langsung menggantungkan semuanya pada sang ayah, secara psikologis saya langsung terdeterminasi sebagai makhluk lemah, tidak pantas dan tidak kuat untuk melakukan hal apapun. Lihat, di depan sana ada yang akan menanggung semuanya. Masalah derajat bagaimana? Saya tidak tahu. Yang saya tahu Adam diciptakan sebagai manusia, dan bukan sebagai manusia pertama dan laki-laki. Maka derajat manusia itu sama. Dan setelah itu terbagi menjadi dua identifikasi biologis, adam dan hawa, ini seketika. Lalu ke-25 nabi semuanya laki-laki, lalu imam dihalalkan laki-laki. Lalu orang nasrani menyebutnya Bapa di surga, atau Budha yang tentunya Sidarta Gautama itu laki-laki. Baiklah, Tuhan sekalipun menjanjikan hampir kebanyakan perempuan nantinya menjadi pagar ayu di neraka. Kalau begitu ini sudah menjadi sebuah script?! Begitukah?! Mengapa saat kami terlahirkan dan terlempar sudah dapat diperkirakan keberadaan akhirnya. Baiklah ini di luar kuasa saya. Layaknya menerka-nerka yang tidak saya tau pasti dan saya berskeptis. Lepaskan keterlibatan sudut pandang religi. Saya ingin saya dan laki-laki berada di satu start yang sama. Demi apapun di dunia ini, saya tidak rela dijadikan objek penuh bagi dia yang berlagak dengan sok hebatnnya! Ketika perempuan mengenakan pakaian apapun yang ia suka, makhluk yang bernama pria ini terangsang birahinya, terimajinasi dalam pikirannya, lalu melakukan tindakan apapun yang ia inginkan, karena ia merasa ia kuat. Di sini, perempuan akan disalahkan penuh dan laki-laki mampu mengelak. Kenapa dari isi kepala mereka yang mereka buat sendiri menyudutkan objek di depannya?! "Urusanmu apa yang ada di kepalamu bukan?!" Maka mereka akan berkata tutup tubuhmu. Kenapa mereka juga tidak menutup bagian tubuhnya??! Kita ambil perumpamaan tindak pemerkosaan, kenapa perempuan yang harus dibungkus, kenapa tidak pen*s laki-laki saja yang dibungkus. Maka saya setuju dengan pendapat ini.

Tidak ada matriaki  apapun yang ingin saya rendahkan. Sekali lagi saya hanya ingin kita berada di garis start yang sama. Perempuan terlahir dengan cita-cita, pria pun demikian. Saya ingin mengejar apa yang saya inginkan dengan fleksibel tentunya. Tidak ada yang tidak memungkinkan untuk suatu peranan tugas tertentu. Tidak ada.. Pada akhirnya kita saling membutuhkan, kita sama-sama sebagai subjek yang tidak ingin diobjekkan. Kita saling mengisi, kita saling meninggikan, saling melengkapi. Kita adalah dua patahan sayap yang terpisah...

Kamis, 10 Februari 2011

Back to my write

A B C.... It's just like X O X O
Heellooo.. Spent my holiday so fully pleasant time... And ready for new semester.
This is very WowW, so hard, heavy, oh my God, wish me keep straight..
And surprise, my L in the same way.. What a silly stupid Man *piihh
Ok, calm down! All I need is make movement!
Every day I hear my Mom's voice, it's all about anything, motivation, advice and her complaint. Don't worry mom. I'll always beside u.. I will...

Cheeeessseee!!! Sharing Confidence ;)