Mungkin inilah prediksi kaum kapitalis menggambarkan serdadu pilar-pilar yang tidak seberapa.. Bersinonim dengan mekanisme mesin atau robot. Juga termasuk aku didalamnya tentunya.
Aku rindu rumah. Ingin tanah tapi yang benar-benar berwarna coklat dan mencium harumnya setelah air hujan meresap. Aku rindu udara yang tidak membuat hidung pedas ketika menghirupnya berlebihan. Hingar bingar pasar. Benar-benar tidak menginginkan racun apapun mengelilingi kegiatan kecil hari per hari.
Ternyata benar, kita terkecilkan dalam labirin kita sendiri. Realitas kemudian mengkotak-kotakkan harapan fana dalam fatamorgana semu. Entah bagaimana kita diperdaya pada kebutuhan.
Ahh, andai saja jiwa ini bisa berzinnah sedikit saja. Menikmati pelacuran imajinasi, fantasi, atau apapun yang bisa biasanya mereka lakukan. Dan tidak juga Tuhan memberikan potongan takdir pada mereka. Misalnya setingkat lebih miskin atau sedikit celaka. Tidak. Mereka bahkan sangat baik-baik saja.
Kalau bukan karena kita meyakini adanya surga secara berlebihan.
Maka, jangan pernah pertanyaan tentang keadilan di ranah ini. Kita bukan peri di zama ke-kini-an. Yang mungkin bisa berbagi kasih dengan manusia yang mungkin baik - yang kau yakini.
Mungkin serapah, benci, patah hati. karena (lagi-lagi) kita bukan peri.
Lalu mungkin Tuhan ikut bingung ingin mengabulkan doa yang mana....