Dia bilang ini sudah tiba di penghujung.
sudah berakhir.
Akhir dari satu persimpangan dari sebuah jalan yang sedang
“Selamat tiba di persimpangan”.
“Selamat tiba di persimpangan”.
jatuhkan dirimu pada titik persimpangan karena
hidup adalah tentang memilih dan pilihan,
It's all about freedom to choice.
It's all about freedom to choice.
Dia selalu menelaah apa yang sedang aku pikirkan. Dia
menjawab apa yang aku ingin ketahui, apa yang sedang aku hadapi. Kau percaya
dengan kebetulan di dunia ini?! Entahlah, aku tidak. Aku meyakini dirinya
seperti memang sesuatu yang aku dewakan. Pertemuan dengannya seperti sebuah
klimaks selama masa empat tahun ini. Waktu yang mendebarkan untuk ditunggu. Rasa
di bawah ketertekanan di bawah mitos garang dengan kepanikan luar biasa. Tapi tahukah, dia bertindak
lebih lembut dari apa yang pernah kami harapkan. Dia jauh lebih bersabar dan
luar biasa dari sebelumnya. Jika tidak mempedulikan formalitas baku seperti yang telah aku
bicarakan sebelumnya, aku ingin menahan diriku lagi dan lebih lama lagi. Hingga
aku pantas untuk menyandang lalu berujung disaat aku memang pantas untuk berakhir.
Direct yourself to be arrived at the point of intersection way. (RG)-diujung pertemuan.
Bagaimana, selanjutnya hari Senin akan kosong dan entah apa
yang harus kupilih. Benci tentang perpacuan hormon yang tidak berhenti-henti mendadak
berpindah arena, berebut dan berjejal untuk muncul lebih dahulu.
Tuhan pernah memberiku kokain penenang. Tapi kesalahan, Aku
menggunakannya berlebihan tanpa mendapat informasi lengkap preskripsi penggunaan atau
sekedar bersabar. Menyerah pada Pak tua yang memegang bandul yang selalu
bergerak ke kiri dan ke kanan tanpa peduli orang yang berlalu lalang, SANG
WAKTU.
Sekarang, kembali aku menginginkan marijuana. Akankah Tuhan memberinya
padaku. Dalam kapasitas yang samakah, atau justru kembali pada zona penggunaan yang sama. Sederet zat perangsang yang aku ibaratkan itu adalah disposisi konsumsi. Maka, zombie adalah pilihan terbaik saat ini.
Berada dalam zona probability adalah jauh lebih baik
dibanding uncertainity. Kau tahu kenapa, karena manusia benci ketidakpastian.
Tapi kepastian itu sendiri adalah justru 'ketidakpastian'. kemudian dengan heroiknya
mencoba memperediksikan kemungkinan ketidakpastian untuk diantisipasi pada hari
ini.
Jika hidup memang harus diibaratkan dengan rollercoaster, kenapa
pilihan yang ditawarkan hanya berteriak, berhenti di tengah jalan, atau menikmati
sampai akhir. Padahal yang mereka lakukan keseluruhannya adalah berpura-pura
menikmatinya, tapi berteriak kencang di dalam hati hingga tak tertahan dan selalu
menginginkan berhenti. Berpura-pura.. 'Masa' sedang menuntut untuk expert dalam
berakting dalam functioning realitas.
Lagi, selanjutnya ketidakpastian ini membawa diri karna bosan
menerka atau berharap. Tiba pada akhirnya.
Ajari aku cara yang baik untuk meminta. Ajari aku harus
memperjelas permohonanku karena Engkau tidak merasa bahwa yang Kau berikan
adalah besar. Atau sebesar yang aku harapkan maka sebesar itu pula yang akan Engkau
wujudkan. Atau jangan berangan terlalu tinggi dibalik kapabilitas diri. Atau jangan
pernah takut untuk bermimpi. Lalu bagaimana dengan kejatuhannya yang terlalu sakit dari jenjang dan ambang besar harapan yang pernah dipanjatkan serta
kenyataannya. Atau aku harus memohon dengan apa saja yang Kau kehendaki
yang terbaik untukku. Atau menerima saja yang katanya rencana Mu lebih besar
dari keinginan umat yang penuh dengan blind of spot. Atau haruskah aku memohon dengan memperjelas dan memeperinci tanggal, waktu,
tempat dan mendesign settingan background yang indah. Atau justru malah terlalu
ikut campur dalam penentuan skenario dari Sutradara Tunggal.
Atau apa........
Dan jawaban atas segala identitas yang ingin ddibentuk dapat
diidentifikasi setelah tubuh atau corpus tidak lagi bergerak.
Demikian bahwa setiap dari kita harus siap ditempatkan dalam
segala perubahan, dalam segala persimpangan, dalam segala kekosongan...