Sedang ironi. Gelisah yang snagat besar, tak karuan.
Saya harus memeluk teman-teman saya ketika saya sendiri butuh pelukan besar.
Terpaksa memasang raut senyum terlebar, ketika mata saya kosong.
Membekas hari-hari yang paling hancur dari pada hari-hari saat itu..
Haruskah melakukan hal ekstrim, semua juga sudah hancur dan berantakan. Buat ini lebih hancur lagi, atau justru sebaliknya.. Keterlemparan jenis apa ini?!
Persiapkan mental dengan risiko terburuk atau merubah pikiran menjadi energi positif.
Ohh Lord, I'm craving for meine Humaniora..