Dalam siklus manusia kecil, dewasa, menua dan mati hidup selalu berada di dalam dua oposisi. Betapa Tuhanku Maha Membolak-balikkan rasa. Menjadikan sesuatu dalam sekejap kedipan mata.
God, this fatigue is mine and the destiny is Yours..
Aku mengamati jalan cerita dari masing-masing pemilik peran utama, aku kesampingkan dahulu diriku yang tidak mau kalah juga sebagai the primary role.
Begitu mudah manusia tertawa. Mereka memilih, menentukan, lalu begitu mudah pula mereka kemudian menyesali, menangis, mengeluhkan. Masing-masing peran tertawa di panggungnya. Tapi sang pelakon ingin menyembunyikan rasa sedih sesungguhnya.
'Wahai penonton, cukupkan saja kalian tahu senyumanku. Getir dan gamang-nya aku, mampu kusembunyikan dengan baik.'
Terkadang sang pelakon mampu menjadi buas sebuas-buasnya. Tapi terkadang mereka juga mampu merendahkan pemeran lain dengan memperlihatkan posisinya yang mereka rasa jauh lebih baik. Namun, sadarkah kau wahai lakon, hidup tidak selalu mulus, dunia tahu benar itu. Di gerbang ini kau bisa tertawa, di pintu berikutnya kau tidak pernah tau apa selanjutnya. Hati-hati dengan semua ucapanmu, hati-hati dengan keinginanmu yang selalu ingin membanding-bandingkan, hati-hati dengan fikiranmu apabila penuh dengan rasa curiga.
Lakon-lakon bermain dengan lakon dari Sang pembuat lakon karena lakon ingin menjadi lakon yang benar-benar berlakon dalam melakoni apa yang dilakoni oleh si pelakon.